Thursday, June 7, 2012

Askep hipertensi

HIPERTENSI


A. Konsep Dasar Teori

1.      Pengertian
Sampai saat ini masih belum ada defenisi yang tepat mengenai hipertensi karena tidak ada batas yang tegas yang membedakan antara hipertensi dan normotensi. Secara teoritis hipertensi didefenisikan sebagai suatu tingkat tekanan darah tertentu.
Definisi hipertensi menurut Mansjoer. A. adalah tekanan darah sistolik ³ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ³ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki.
Klasifikasi menurut WHO/ISH
Klasifikasi
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normotensi
Hipertensi ringan
Hipertensi perbatasan
Hipertensi sedang dan berat
Hipertensi sistolik terisolasi
Hipertensi sistolik perbatasan
< 140
140-180
140-160
> 180
> 140
140-160
< 90
90-105
90-95
> 105
< 90
< 90

  1. Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin -  angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca interselular, dan faktor – faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
b.      Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain–lain. (Mansjoer,A,1999).
  1. Patofisiologi
Tekanan darah =   Curah Jantung             x          Tahanan perifer
      Perub.nutrisi berlebih   Koping individu      Kurang pengetahuan
      Obesitas                         Stress                  Na,makanan berlemak    Rokok,alkohol
 

Insulin   , plak pemb.                   Katekolamin        Hormon Natriuretik          v.konstriksi  rebound
Darah, tahanan peri-                   Aktivitas saraf     Hipervolemia,                    tembakau sbg
Fer berkurang                simpatis                 Penyempitan pem.             vasokonstriktor
    darah



Penurunan Tekanan Arteri

                                                Renin (ginjal)

            Substrat Renin                                                            Angiotensin I
            (Protein Plasma)                                                          “Converting enzim”
                                                                                                            (Paru)
   A III                                                 Angiotensin II
                                                           
Aldosteron                              Vasokontriksi arteri perifer

                                                                             Nyeri/sakit kepala
                   Retensi Na & H2O
                      Volume plasma
                                     Tekanan Darah
Resti penurunan curah jantung
 
 

                                               
 

shock
 
Suplai dan kebutuhan O2 tidak seimbang
Flowchart: Alternate Process: Intoleransi aktivitas


  1. Tanda dan Gejala
Peninggian tekanan darah kadang – kadang merupakan satu – satunya gejala. Bila demikian, gejala baru akan muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang – kunang dan pusing. 

5.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ atau faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah lengkap, kimia darah (kalium, Natrium, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL) dan EKG
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin, protein, urine 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH dan Echokardiografi.

  1. Penatalaksanaan
a.       Tujuan Pengobatan Hipertensi
1)      Menurunkan tekanan darah sampai normal atau mendekati normal, tanpa menggangu aktivitas sehari-hari. Dengan demikian dapat komplikasi dan menurunkan morbiditas dan mortalitas.
2)      Prevansi terhadap peninggian tekanan darah dan “heat rate” secara akut selama “exercise” dan stress.
b.      Obat-obat Anti Hipertensi
1)      Diuretik
a)      Kemanjuran maksimal rendah.
Indapamid (Lozol), Ftalimidin, Tiazid.
b)      Kemanjuran maksimal tinggi
Bumetanid (Bumex), Asam Etakrinat (Edeerin), Furosemid (Lasix).
c)      Hemat Kalium.
Amilorid (Midomir), Spironolakton (Aldaetone), Trianteren (Dyrenium).
2)      Obat Simpatolitik
a)      Bekerja pada SPP
Klonidin (Catapres), Guanabenz (Wytensin), Metildopa (Aldomet).
b)      Bekerja pada gonglion otonom
Trimetafan (Arfonad).
c)      Bekerja pada neuron simpatis pasca ganglion
Guanadrel (Hylorel), Guanetidin (Isenelin), Penghambat monoamin oksidase, Reserpin.


d)     Penghambat reseptor
(1)   Adrenoreseptor Alfa Bloker
Fenoksibenzamin (Dibenzyline), Fentolamin (Reqitinin), Prazosin (Minipres).
(2)   Adrenoreseptor Beta Bloker
Atenol (Tenormin), Labetol (Normodyne, Trandate), Metoprolol (Lopressor), Nadolol (Corgard), Pindolol (Visken), Propanolol (Inderal), Timolol (Blocadren).
(3)   Vasodilator
Diazoksid (Hyperstat), Diltiazem (Cardizem), Hydralazin (Apresoline), Minoksidil (Lomitmen), Nifedipin (Adelat, Procardia), Verapamil (Calan, Isoptin).
(4)   Penghambat sistem renin angiostenin
Captopril (Capoten), Enalapril (Vasotec), Saralisin (Sarenin).
c.       Diit Hipertensi/Diit Rendah Garam
Hipertensi dapat dikendalikan dengan Diit rendah Garam. Diit Rendah Garam merupakan diit dengan pembatasan konsumsi garam untuk membantu menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan Tekanan Darah pada Hipertensi.
1)      Syarat-syarat Diit Rendah Garam 
a)      Cukup kalori, mineral dan vitamin
b)      Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit
c)      Jumlah natrium yang diperoleh disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam/air dan/atau Hipertensi.
2)      Macam Diit Rendah Garam
Jika ditinjau dari jumlah natrium yang perlu dikonsumsi, Diit Rendah Garam dibagi menjadi 3 yaitu :
a)      Diit Rendah Garam I (DRG I) mengandung natrium 200-400 mg.
b)      Diit Rendah Garam II (DRG II) mengandung natrium 600-800 mg.
c)      Diit Rendah Garam III (DRG III) mengandung natrium 1000-1200 mg.
Ad. a) DRG I
Dalam pemasakan tidak ditambahkan garam dapur. Bahan makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan diberikan kepada penderita dengan Oedema, Acites dan/atau Hipertensi Berat.      
Ad. b) DRG II
Pemberian makanan sama dengan DRG I. dalam pemasakan makanan diperbolehkan menggunakan ¼ sendok teh garam dapur (1 gr). Bahan makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini diberikan kepada penderita dengan Oedema, Ascites dan/atau Hipertensi sedang


Ad. c) DRG III
Pemberian makanan sama dengan DRG I. Dalam pemasakan boleh diberi garam dapur ½ sendok teh (2 gr). Makanan ini diberikan kepada penderita dengan edema, dan/atau Hipertensi Ringan.

  1. Komplikasi
Penyakit hipertensi bila tidak dikontrol secara teratur akan berlanjut kearah penyakit yang mematikan seperti :
a.        Penyakit jantung
b.       Cedera serebrovaskular pada otak
c.        Gagal ginjal
d.       Kerusakan optik retina

B.     Asuhan Keperawatan


  1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengkajian adalah langkah awal dalam salah satu proses keperawatan (Gaffar, 1999) Kegiatan yang dilaksanakan dalam pengkajian adalah pengumpulan data dan merumuskan prioritas masalah. Pada pengkajian – pengumpulan data yang cermat tentang klien, keluarga, didapatkan data melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan.
Tujuan dari pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Sehingga disimpulkan menjadi diagnosa keperawatan (Gaffar, 1999).
Dasar data pengkajian klien menurut Doenges (2000) :
a.       Aktivitas/istirahat
Gejala          :   kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda          :   frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung.
b.      Sirkulasi
Gejala          :   riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan panyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.

Tanda          :   kenaikan tekanan darah, hipotensi postural, takikardi, pengisian kapiler lambat, pucat, sianosis, diaforesis, dan kemerahan (feokromositoma).   

c.       Integritas Ego
Gejala          :   ansietas, marah.
Tanda          :   gerak tangan empati, peningkatan pola bicara.
d.      Eliminasi
      Gejala          :   gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.   
e.       Makanan/Cairan
Gejala          :   makanan yang disukai, yang mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkat/menurun).           
f.       Neurosensori
Gejala          :   keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital.
episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi, gangguan penglihatan.
Tanda          :   status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan).
g.      Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala          :   angina, sakit kepala oksipital berat seperti pernah terjadi sebelumnya.
h.      Pernafasan
Gejala          :   dispnea, takipnea, riwayat merokok, batuk dengan/tanpa sputum.
Tanda          :   distress respirasi, bunyi nafas tambahan, sianosis.
i.        Keamanan
      Gejala          :  gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.               
  1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dibagi sesuai dengan masalah kesehatan klien yaitu :
a.        Aktual, diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
b.       Potensial, diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi keperawatan. Saat ini masalah belum ada tapi etiologi sudah ada.
c.        Kemungkinan, diagnosa keperawatan yang mejelaskan bahwa perlu data tambahan untuk memastikan tambahan masalah. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang menimbulkan masalah.
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan hipertensi, menurut Doenges (2000), yaitu :
a.        Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokonstriksi dan Iskemia miokardia.
b.       Intoleran aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c.        Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskular serebral.
d.       Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang berlebihan, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
e.        Koping individu inefektif berhubungan dengan Krisis situasional/maturasional, sistem pendukung tidak adekuat, metode koping tidak efektif.
f.        Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan Kurang pengetahuan/daya ingat, mis interpretasi informasi, keterbatasan kognitif.
  1. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka disusunlah perencanaan keperawatan. Perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan, yang dimulai setelah data-data terkumpul sudah dianalisa. Pada bagian ini ditentukan sasaran yang akan tercapai dan rencana tindakan keperawatan dikembangkan.
      Tahapan dari perencanaan ini terdiri dari :
a.       Menetapkan prioritas masalah berdasarkan pola kebutuhan dasar manusia menurut hirarki Maslow
b.       Merumuskan tujuan keperawatan yang dicapai
c.       Menetapkan kriteria evaluasi
d.      Merumuskan intervensi keperawatan dan aktifitas keperawatan
            Tujuan yang ditetapkan harus nyata, dapat diukur dan mempunyai batasan waktu pencapaian.
Yang dimaksud dengan tujuan jangka pendek adalah tujuan yang biasanya harus dicapai sebelum pemulangan atau perpindahan pasien ke tingkat perawatan yang kurang akut dan tujuan ini biasanya mengarah kepada penyebab masalah pasien. Sedangkan tujuan jangka panjang mengidentifikasi arah keseluruhan atau hasil akhir perawatan dan mungkin sangat baik mengarah pada masalah pasien (Donges, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, 1998).
Perencanaan dengan berpedoman pada SMART yaitu : Spesifik (khusus dilakukan pada pasien den keluarga lainnya), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Reasonable (nyata) dan Time ( menggunakan batas waktu dalam pencapaiannya)..
1.      Diagnosa keperawatan  I
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokonstriksi dan Iskemia miokardia, hipertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikular.
      Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
a.    Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung
b.   Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
c.    Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
        Intervensi :
1)      Pantau tekanan darah, ukur  pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan tehnik yang akurat
Rasional               :    Perbandingan  dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular.
2)      Catat keberadaan, kualitas denyutan, sentral dan perifer
Rasional               :    Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi.

3)      Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Rasional               :    S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium(peningkatan volume/tekanan atrium).
4)      Amati warna kulit, kelemahan suhu, dan masa pengisian kapiler
Rasional               :    Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
5)      Catat odema umum/tertentu.
Rasional               :    Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.
6)      Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan, batasi jumlah pengunjung.
Rasional               :    Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis; meningkatkan relaksasi.
7)      Pertahankan pembatasan aktivitas
Rasional               :    menurunkan strees dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan prjalanan penyakit hipertensi.   
8)      Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung, leher, meninggikan kepala tempat tidur.
Rasional               :    mengurangi ketidaknyamanan dan dapatkan menurunkan rangsangan simpatis.
9)      Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
Rasional               :    Dapat meurunkan rangsangan yang menimbulkan stres, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
2.     Diagnosa  Keperawatan :II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.                      
                  Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
a.       Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
b.      Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
c.       Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi aktivitas.
                  Intervensi :
1)      Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20x/menit diatas frekuensi istirahat. Peningkatan tekanan darah yang nyata selama/sesudah aktivitas.
Selidiki adanya dispnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan.
Rasional               :    Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologis terhadap stres aktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
2)      Ajarkan teknik penghematan energi.
Rasional               :    Tehnik penghematan energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3)      Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri secara bertahap yang dapat ditoleransi.
Rasional               :    Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba – tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan dan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
3.     Diagnosa III
Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskular serebral.
                  Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
a)      Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
b)      Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
c)      Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
                  Intervensi :
1)       Pertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional               :    Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2)       Berikan tindakan non farmakologis untuk menghilangkan nyeri kepala
Rasional               :    Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3)       Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala.
Rasional               :    Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala, pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.
4)       Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional               :    Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan episode hipotensi postural.
5)       Berikan makanan lunak, cairan dan perawatan mulut
Rasional               :    Meningkatkan kenyamanan umum.
6)       Bila terjadi perdarahan hidung kompres hidung
Rasional               :    Kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membran mukosa.
7)       Kolaborasi obat-obatan sesuai indikasi : analgesik, antiansietas.
Rasional               :    Menurunkankan/mengontrol nyeri, mengurangi ketegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat stres.
4.     Diagnosa IV
                  Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang berlebihan, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
                  Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
a)      Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan
b)      Menunjukkan perubahan pola makan
c)      Melakukan/mempertahankan program olahraga
                  Intervensi :
1)       Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.
Rasional               :    Kegemukan adalah resiko tambahan pada hipertensikarena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.
2)       Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori, lemak dan garam.
Rasional               :    Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya arterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi dari hipertensi dan komplikasinya, misal : stroke penyakit ginjal, gagal jantung.
3)       Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.
Rasional               :    Motivasi untuk menurunkan berat badan adalah internal.
4)       Kaji ulang masukan kalori harian dari pilihan diet.
Rasional               :    Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.
5)       Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistis.
Rasional               :    Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg/minggu.
6)       Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian.
Rasional               :    Memberikan data  dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan, dan kondisi emosi saat makan.
7)       Ajarkan untuk memilih makanan yang tepat
Rasional               :    Menghindari makanan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis..
8)       Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional               :    Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diit individu.
5.     Diagnosa V
Koping individu inefektif berhubungan dengan Krisis situasional/maturasional, sistem pendukung tidak adekuat, metode koping tidak efektif.
                  Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
a)      Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.
b)      Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.
c)      Mengidentifikasi situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari.
d)     Mendemonstrasikan keterampilan metode koping efektif.
Intervensi :
1)       Kaji keefektifan strategi koping.
Rasional               :    Mekanisme adaftif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang , menghindari hipertensi kronis, mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari – hari.
2)       Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, konsentrasi, peka rangsangan, toleransi sakit kepala.
Rasional               :    Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indikator, marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu tekanan darah diastolik.
3)       Bantu pasien mengidentifikasi stressor.
Rasional               :    Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor.
4)       Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan.
Rasinal                 :    Keterlibatan memberikan  pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapiutik.
5)       Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.
Rasional               :    Fokus realitas pasien pada situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.
6)       Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup.
Rasional               :    Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.



6.     Diagnosa VI
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan Kurang pengetahuan/daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif.
                  Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
a)      Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
b)      Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
c)      Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
                  Intervensi :
1)       Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
Rasional               :    Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan,  dan prognosis.
2)       Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal
Rasional               :    Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasikan istilah medis yang sering digunakan.
3)       Hindari mengatakan “tekanan darah normal” gunakan istilah “terkontrol dengan baik”.
Rasional               :    Karena pengobatan hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka ide penyampaian ide “terkontrol” akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.
4)       Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor resiko kardiovaskuler yang dapat dirubah, misalnya : obesitas, rokok dan alkohol, pola hidup penuh stress.
Rasional               :    Faktor – faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler dan ginjal.
5)       Identifikasi perubahan gaya hidup yang tepat untuk mengurangi faktor-faktor diatas.
Rasional               :    Fakto – faktor risiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala.
6)       Bahas pentingnya menghentikan merokok
Rasional               :    Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin, mengakibatkan  peningkatan frekuensi jantung, tekanan darah,dan vasokontriksi, mengurangi oksigenisasi jaringan, dan meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas ini.
7)       Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut..
Rasional               :    Kurangnya kerja sama adalah alasan umum kegagalan terapi antihipertensif  
8)       Intruksikan dan peragakan tehnik pemantauan tekanan darah mandiri.
Rasional                :    Dengan mengajarkan klien atau orang terdekat untuk memantau tekanan darah adalah meyakinkan untuk klien.
9)       Bantu pasien untuk menegmbangkan jadwal yang sederhana, memudahkan untuk minum obat.
Rasional               :    Dengan mengindividualisasikan jadwal pengobatan sehingga sesuai dengan kebiasaan/kebutuhan pribadi klien.
10)   Beri penjelasan obat (dosis dan efek samping).
Rasional               :    Informasikan yang adekuat dan pemahaman bahwa efek samping adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu.
11)   Motovasi untuk membuat program olahraga sendiri.
Rasional               :    Selain membantu menuryunkan tekanan darah, aktivitas aerobik merupakan alat menguatkan sistem kardiovaskular.
12)   Bila terjadi perdarahan hidung lakukan kompres es pada punggung leher dan tekan pada 1/3 ujung hidung dan anjurkan pasien untuk menundukkan kepala ke depan.
Rasional               :    Kapiler nasal dapat ruptur sebagai akibat dari tekanan vaskular berlebihan.

  1. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah penerapan tindakan-tindakan perawatan yang telah direncanakan. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melakukan tindakan-tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dilanjutkan dengan pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan beserta hasil-hasilnya.
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a.       Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
b.      Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat.
c.       Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
d.      Dokumentasi intervensi dan respons klien.
Setelah pelaksanaan selesai, dilakukan dokumentasi intervensi secara tertulis pada catatan keperawatan dan proses keperawatan.
Pada klien Hipertensi beberapa prinsip pelaksanaan yang dapat dilakukan adalah :
a.        Latihan gerak badan/olahraga teratur khususnya pada penderita yang gemuk.
b.       Hindari mengkonsumsi makan makanan yang banyak mengandung garam dan lemak yang tinggi.
c.        Hindari perilaku hidup tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, dan stres yang berlebihan.
d.       Selalu melakukan kontrol terhadap kesehatannya ke pusat pelayanan kesehatan.

  1. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Tahap evaluasi merupakan indikator keberhasilan dalam penggunaan proses keperawatan.
Evaluasi terdiri dari dua bagian yaitu : 
a.       Tinjauan laporan klien harus mencakup riwayat perawatan, kartu catatan, hasil-hasil tes dan semua laporan observasi.
b.       Pengkajian kembali terhadap klien berdasarkan pada tujuan kriteria yang diukur dan mencakup reaksi klien terhadap lingkungan yang dilakukan. Reaksi klien secara fisiologis dapat diukur dengan kriteria seperti mengukur tekanan darah, suhu dan lain – lain..
Evaluasi yang dapat dilihat pada klien dengan Hipertensi :
a.        Klien menunjukan kepatuhan terhadap anjuran-anjuran yang diberikan.
b.       Klien dapat melakukan kontrol rutin ke tempat pusat pelayanan kesehatan.
c.        Menunjukan perubahan dalam pola hidup kearah yang sehat.

No comments:

Post a Comment