Monday, January 28, 2013

LP Fraktur



LANDASAN TEORI
A.      Konsep Dasar.
1.      Pengertian
a.       Fraktur adalah pemisahan / terputusnya / hilangnya kontiunitas dari pada struktur tulang.
b.      Fraktur Famur 1/3 distal adalah patah tulang paha sepertitiga bagian bawah.
c.       ORIF adalah Metode penata pelaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan ditemukan sepanjang bidang anatomik tempat yang mengalami fraktur, fraktur diperiksa dan diteliti, Hematoma fraktur dan fragmen – fragmen yang telah mati diiringi dari luka. Fraktur direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali, sesudah reduksi, fragmen – fragmen tulang dipertahankan dengan alat – alat urto pedih berupa Pin, Pelat, srew, paku.
2.      Anatomi fisiologis
Famur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh, tulang itu bersendi dengan acetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sendi menjulur media kelutut dan membuat sendi dengan tibia, femur memiliki dua ujung yaitu ujung atas terdapat kepala (caput) yang bualat dan cocok untuk masuk cekungan asetabulum yang membentuk sendi paha, bagian di bawah caput disebut leher (kolum) yang panjang dan gepeng, disamping kolum sebelah luar terdapat trakhanter mayor dan trakhanter minor ini dihubungkan oleh garis inter trokhanter di depan dan krista trakhanter di belakang.
Batang femor (Corpus Femoris) berbentuk silinder panjang dan agak melengkung ke depan berakhir pada dua kondilus yang bulat dan bersendi dengan tulang kering (tibia) untuk membentuk sendi lutut (artikalatio geno). Diujung bawah melebar dan memperlihatkan Ava kondilus yaitu internal dan medial sebuah permukaan poplitea (facialis poplitium), sebuah permukaan Patela (Facia patelaris) yang khas dan sebuah lekukan inter kondiler yang memisahkan kedua kondiler tersebut.
3.      Penyebab Patah Tulang
Penyebab patah tulang dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
a.        Kekerasan Langsung.
Kekerasan secara langsung menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bamper moil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadi benturan tersebut.

b.      Kekerasan tidak langsung.

Kekerasan tidak langsung menyebabkan tulang patah di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kecelakaan atau kekerasan, dan biasanya yang patah adalah bagian yang lemah dalam jalur hantaman vektor kekerasan, contoh  apabila seseorang jatuh dari tempat ketinggian dengan posisi tumit kaki terlebih dahulu, maka yang patah selain tumit itu sendiri terjadi patah tulang tibia, fibula, femur dan kemungkinan juga patah tulang verfebra.

c.       Kekerasan Akibat Tarikan Otot

Patah tulang oleh karena tarikan otot jarang terjadi, contoh pada patah tulang ini adalah fraktur pahela dikarenakan otot lecep dan otot tricep berkontraksi secara mendadak.
4.      Sedangkan faktor yang mempegaruhi terjadinya patah tulang, yaitu :
a.        17 faktor ekstrinsik adalah gaya dari luar yang bereaksi pada tulang serta tergantung dari besarnya, waktu atau lamanya dan arah gaya tersebut  dapat menyebabkan patah tulang.
b.      Faktor instrensik adalah beberapa sifat penting dari tulang yang menentukan daya tahan timbulnya fraktur, yaitu kapasitas absorbsi dari sendi, daya elastisitas, daya terhadap kelelahan dan aktivitas atau kepadatan.
5.                  Patofisiologi
Adanya daya atau tekanan pada tulang menyebabkan terjadinya fraktur. Adanya fraktur dapat merusak jaringan lunak, pembuluh darah, serabut saraf dan sum-sum tulang, periotium dan kortek tulang. Pada kerusakkan jaringan lunakdapat terjadi luka, menyebabkan port de entry yang akan terjadi infeksi dan non infeksi, pada infeksi bias terjadi delayed union dan malunion, pada non infeksi terjadi union. Pada kerusakkan pembuluh darah dapat terjadi perdarahan dan akan mengakibatkan hematoma dan hipovolemik. Pada hematoma terjadi vasodilatasi eksudasi plasma migrasi leukosit yang akan menyebabkan inflamasi, bengkak, terjadi penekanan saraf dan timbul nyeri. Pada hipovolemik dapat terjadi hipotensi akan menyebabkan suplay darah ke otak menurun, kesadaran menurun dan dapat terjadi syok hipovolemik. Pada kerusakan serabut saraf dan sum-sum tulang
dapat menyebabkan hilangnya sensasi dan terjadi anesthesia, dapat juga merusak reseptor nyeri dan terjadi nyeri. Pada kerusakkan periostium dan kortek tulang dapat terjadi deformitas, krepitasi dan pemendekan extremitas.

6.      Klasifikasi Fraktur
-          Incomplet adalah fraktur hanya melibatkan bagian petunjuk menyilang tulang, salah satu sisi patah yang lain biasanya hanya bengkak (greenstick).
-          Complet adalah fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
-          Tertutup (simple) adalah fraktur titik meluas melewati kulit.

7.   Proses Penyembuhan Tulang

            Tahap-tahap Penyembuhan Tulang
1.      Tahap Pembentukan
Dalam 24 jam mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur, setelah 24 jam terbentuk karena suplai darah meningkat, berkembang menjadi Grawlasi
2.      Tahap Prolifelasi Seluler sampai hari XII
Pada area Fraktur, menyuplai sel yang sudah berubah menjadi Fibrin dan jaringan penunjang Fisura.
3.      Tahap pra kallus 6-10 hari setelah cedera granulasi berubah menjadi pra kallus, ukuran maksimal 14-21 hari.
4.      Tahap osifikasi kalkus sampai minggu ke XII
Membentuk Osifikasi kallus external minggu 3-10 kalus menyerupai tulang.
5.      Tahap Konsulidasi 6-8 bulan dan remodeling 6-12 bulan
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklas kallus mengalami pembentukan tulang sesuai dengan aslinya.
-   Terbuka (compaund) adalah fragmen tulang meluas melewati kulit  dan otot dimana potensial untuk terjadi infesi.
-          Patologis adalah fraktur terjadi pada penyakit tulang (seperti kanker, Osteoporosis) dengan tak ada trauma atau hanya minimal.
7.      Prinsip Penanganan Fraktur
Ada empat dasar yang harus di pertimbangkan pada waktu menangani fraktur :
Rekognisi menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan  dan kemudian di rumah sakit.
Reduksi adalah reposisi fragmen – fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya.
Retensi menyatukan metode – metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen – fragmen  tersebut selama penyembuhan. Rencana rehabilitasi harus segera di mulai dan dilaksanakan bersama dengan pengobatan fraktur.
8.      Dampak Masalah.
Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang mengakibatkan cedera, maka tubuh akan memberikan reaksi baik fisik maupun psikologis sebagai mekanisme  pertahanan tubuh, disamping itu juga akan memberikan pengaruh atau dampak terhadap kebutuhan penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan juga akan berpegaruh terhadap keluarga klien.
a.       Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan
Bahwa biasanya klien fraktur femur mempunyai harapan dan alasan masuk Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari penyakitnya dan harapan tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan pada dirinya kelak di kemudian hari.
b.      Pola Nutrisi dan Metabolis
Pola nutrisi dan metabolik pada klain fraktur femur jarang mengalami gangguan kecuali apabila terdapat trauma pada abdomen atau komplikasi lain yang dapat menyebabkan klien antreksia.
c.       Pola aktifitas dan Latihan
Pada klien fraktur femur setelah dilakukan orif akan mempengaruhi gerak dan pola. Aktivitasnya, oleh itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari, klien akan di bantu oleh perawat atau keluarganya dan suami mungkin untuk dilakukan latihan rontag gerak baik positif / aktif.
d.      Pola Tidur dan istirahat
Terganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien post orif dengan fraktur femur biasanya di sebabkan olah raga nyeri dan daerah operasi juga di sebabkan adanya plat dan screw.
e.       Pola Perceptual dan Kognitif
Klien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan luka dan pembentukan kalis pc atau penyambunga tulang kembali yang memerlukan proses dan waktu sehingga dalam tahap – tahap perawatan perlu kata penata laksanaan yang kompraktif.
f.       Pola Elimasi Defekasi dan Iniksi
Klian kadang – kadang masih dalam perawatan dirumah sakit membatasi makan dan minum, hal ini dikarenakan adanya immabilisasi pasca operasi orif yang mengharuskan pasien tidak mempergunakan kakinya yang cedera untuk aktifitas sehingga klain kurang beraktifitas dan dapat mengakibatkan konstipasi (sembelit).
g.      Pola Seksual dan Repraduksi
Klein post operasi orif dengan fraktur femur jelas akan mempengaruhi pola kebutuhan seksualitas, disamping klien harus menjaga agar daerah operasinya seminimal mungkin mendapat beban dan rasa nyeri yang tidak memungkinkan klien untuk melalukan aktifitas seksualnya.
h.      Pola Hubungan Peran
Pola hubungan pran berpengaruh sekali terutama sekali apabila klien seorang kepala rumah tangga yang merupakan satu – satunya orang yang mencari nafkah bagi keluarganya.
i.        Dampak Psikologis
Dampak psikologis yang di timbulkan adalah rasa kuatir terhadap kecacatan yang mungkin terjadi kelak dikemudian hari sehingga memungkinkan tidak mampu beraktifitas seperti biasa.
·         Imobilisasi
Untuk memungkinkan kesemubuhan fregmen yang dipersatukan.
9.      Fiksisasi Eksterns, tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur femur di imabilisasi dengan menggunakan bidai atau gif.
10.  Fiksasi intern, cara ini digunakan untuk kasus tertentu, ujung patahan tulang  disatukan dan di fiksasi pada operasi, misalnya dengan pen, plat dan screw, wire.
·         Fisiotrapi dan Mobilisasi.
Sejak awal harus dilakukan latihan tentang gerak untuk mempraktekkan otot yang dapat mengecil secara cepat jika tidak dipergunakan, estitasi fraktur cukup sembuh, mobilisasi sendi dapat dimulai sampai Entruntas gatal – gatal telah kembali normal.
9.                  Komplikasi Fraktur
Shok, infeksi, nekrosis vaskuler, cedera vaskuler dan saraf, malunion, nonunion, delayed union,iskemik

B.      Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian
a.       Pengumpulan data
1)      Anamnese
                                                a)      Indentitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan.
                                                b)      Keluhan Utama Klien.
Pada Anamnese ini yang perlu dikaji adalah apa yang diperlukan pada saat itu seperti nyeri, bengkak, kelainan bentuk, hilangnya fungsi dan krepitasi serta paa daerah mana fraktur terjadi.
                                                c)      Riwayat Penyakit Sekarang.
Dalam pengkajian ini meliputi riwayat terjadinya terutama apakah dikarenakan kecelakaan, terjatuh atau terjadi benturan langsung dengan vektor kekerasan dan sifat pertolongan yang pernah diberikan.
                                               d)      Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam pengkajian ini perlu ditanyakan meliputi riwayat yang berhubungan dengan trauma pada tulang, apakah klain mempunyai penyakit tulang seperti osteomylitis, ostroporasis dan apakah klien pernah mengalami riwayat trauma sebelumnya.
2)      Pemeriksaan Fisik
                                                a)      Keadaan Umum Klien
Klien fraktur femur dengan post orif biasanya terbaring total dengan seminimal mungkin melaksanakan aktifitas gerak ini disebabkan karena adanya imabilisasi dan rasa nyeri akibat tindakan perbedaan, sehingga klien takut untuk bergerak, keadaan umum klien biasanya baik tetapi dapat menimbulkan dampak seperti gangguan eliminasi inikasi dan defikasi, integritas kulit dan gangguan aktifitas lain yang menunjang kehidupan sehari – hari.
                                                b)       Gejala klinis Patah Tulang
Gejala klinis dari Patah Tulang femur dapat di bagi menjadi dua, yaitu :
(1)  Tanda – tanda pasti
-          Gerakan abnormal pada tempat terjadinya patah tulang menjadi sendi palsu sehingga terjadi gerakan yang abnormal.
-          Krepitasi, yaitu di karenakan gesekan kedua ujung fragmen tulang yag patah sehingga terasa bunyi gemeretak ketika ujung tulang yang patah bergesekan.
-          Kalainan bentuk (deformitas), dikarenakan adanya kerusakan pada jaringan disekitar fraktur mengakibatkan pendarahan dan pembengkakan.
(2)  Tanda – tanda tidak pasti
-          Rasa nyeri, bengkak dan berubah warna (membiru) dikarenakan terjadi pendarahan di sekitar bagian fraktur, rasa nyeri hebat terutama apabila dilakukan pergerakan atau aktifitas.
-          Kelainan bentuk (deformitas), hal ini disebabkan oleh karena adanya perdarahan dan pembengkakan.
-          Hilangnya fungsi (fungtiolaesa), disebabkan oleh rasa nyeri serta terpotongnya kontinuitas jaringan tulang sehingga tidak mampu melakukan pergerakan.
b.      Pengamatan terhadap kemungkinan terjadinya infeksi akibat operasi Orif
(1)    Kulit, dikarenakan adanya luka operasi, tindakan pembedahan dalam rangka pemasangan plat dan screw.
(2)    Vaskuler, pembengkakkan karena pendarahan
(3)    Tulang, dikarenakan tindakan internal fixatian (pemasangan plat dan screw).
c.       Pemeriksaan penunjang atau tambahan.
-          Pemeriksaan Laboratorium
-              Pemeriksaan labortorium darah lengkap seperti hemoglobin, trombosit, leukosit, glukosa sewaktu.
-              Pemeriksaan faal hemostasis meliputi waktu pendarahan, waktu pembekuan.
-              Pemeriksaan kimia klinik rutin yaitu, sikap darah puasa, sgot, sgpt.
-          Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Radiologi di gunakan untuk menguatkan diagnosa patah tulang yang dapat mengambarkan kerusakan tulang, ketidak lurusan tulang dan kesalahan bentuk dari tulang itu sendiri, sedangkan posisi foto tulang di lakukan secara :
-              Dua arah (anterior dan lateral)
-              Dua sendi (proksimal dan distal)
-              Dua waktu yang berbeda yaitu setelah terjadi trauma dan sehari setelah dilakukan tindakan operasi orif.
-              Dua extremitas sebagai pembanding apabila garis patah tulang meragukan.
d.      Analisa Data
Setelah data dikumpulkan dan di kelompokkan kemudian dianalisis sebagai berikut, untuk pengelompokkan data dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu data subyektif dan data obyektif.
Data subyektif yaitu data yang didapat dari ungkapan atau keluhan, klien sendiri atau keluarga dan data obyekti yaitu data yang didapat dari suatu pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil pemeriksaan.
Data tersebut dikumpulkan berdasarkan perannya untuk menunjang suatu masalah, dimana masalah berfokus pada klien dan respon klien.
e.       Diagnosa Keperawatan
Dari analisa data kemudian dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien post operasi orif dengan fraktur femur antara lain:
1.      Nyeri berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak
2.      Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan immobilisasi.
3.      Kerusakan integritas  kulit / jaringan berhubungan dengan orif pemasangan plat  dan srew.
4.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
5.      Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan / krisis.
6.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang penatalaksanaan perencanaan di rumah.
2.      Perencanaan
Pada prinsipnya dalam penanganan atau pengobatan pada klien fraktur femur ada empat tahap, adapun tujuan pemasangan plat dan screw yaitu mempertahankan reduksi extremitas yang mengalami fraktur tulang yang patah (immobilisasi), memudahkan perawatan (rehabilitasi) dalam masa perawatan (rehabilitasi) terjadi proses penyambungan tulang yang terdiri dari beberapa proses yaitu granulasi pembentukan kalus dan remodeling sehingga terbentuklah tulang seperti semula, adapun tahap perencanaan meliputi penentuan tujuan dan kreteria hasil, merumuskan rencana tindakan.
a.       Diagnosa Keperawatan nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak (interpretasi operasi).
Tujuan : Mengatakan nyeri hilang
Kriteria hasil : klien menyatakan nyeri berkurang atau hilang, klien tidak gelisah, klien menunjukan tindakan santai, mampu beradaptasi dengan aktifitas / tidak / istirahat.
Rencana tindakan :
1.   Kaji  lokasi,  tipe  dan  intensitas nyeri  dengan   menggunakan  skala (1 – 10).
2.   Ukur Tanda  - tanda vital
3.   Jelaskan penyebab nyeri
4.  Anjurkan mempergunakan teknik alternatif penghilang nyeri dengan napas dalam.
5.   Kolaborasi dalam kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan immobilisasi.
      Tujuan : Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat yang paling tinggi yang mungkin.
      Krateria Hasil : mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan / fungsi  yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukan teknik yang merupakan melakukan aktivitas.
      Rencana aktivitas :
1)      Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan oleh pengobatan dan perkalian persepsi pasien terhadap immobilisasi.
2)      Instruksikan pasien untuk melakukan latihan rom pasif dan aktif pada extremitas yang sakit dan tidak sakit sesuai toleransi.
3)      Bantu klien dalam perawatan diri kebersihan.
4)      Ubah posisi periodik dan dorong untuk latihan napas dalam
5)      Auskultasi bising usus, awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi rutin.
6)      Kolaborasi dengan rehabilitsi dalam terapi fisik / okupasi.
b.      Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan bedah perbaikan (orif) pemasangan plat dan screw.
Tujuan : menyatakan ketidak nyamanan hilang
Kreteria hasil : menunjukan prilaku /  unig untuk mencegah kerusakan kulit / memudahkan menyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Rencana Tindakan :
1)      Kaji keadaan kulit, kemerahan, pendarahan, perubahan warna dan rasa nyeri.
2)      Ubah posisi sesering mungkin
3)      Rawat luka operasi secara aseptik
4)      Observasi untuk potensial ares yang tertahan, khususnya pad akhir dan bawah babatan.
c.       Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur insentif
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kreteria hasil : mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan udema.
Rencana Tindakan :
1)      Inspeksi kulit adanya tanda – tanda infeksi
2)      Ukur tanda – tanda vital
3)      Rawat luka secara aseptik
4)      Kolaborasi dalam pemeriksaan Lab. Dan memberikan ani biotik
d.      Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan / kritas situasi.
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
Kriteria hasil : mengungkapkan perasaan lebih santai, memperagakan teknik reaksasi dengan tepat.
Rencana Tindakan :
1)      Pantau tingkat ansietas klien
2)      Berikan penekanan penjelasan dokter mengenai pengobatan dan tujuan, klarifikasi kesalahan konsep.
3)      Berikan dan luangkan waktu untuk mengungkapkan perasaan.
4)      Ajarkan dan bantu dalam teknik pelaksanaan stress.
5)      Berikan dorongan untuk berinteraksi dengan orang terdekat dengan teman serta saudara.
e.       Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penatalaksanaan perawatan di rumah.
Tujuan : Kurang pengetahuan dapat teratasi
Krateria hasil : Mengungkapkan pengertian tentang prognosis, pengobatan dan program rehabilitasi, mengeksperikan tentang gejala, potensial komplikasi.
Rencana tindakan :
·         Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
·         Tekankan pentingnya rencana rehabilitasi aktifitas, istirahat dan latihan.
·         Diskusikan tanda dan gejala untuk dilaporkan pada dokter : nyeri hebat, perubahan suhu tubuh.
·         Jelskan tentang plat dan screw sesuai indikasi.
                        Berikan dorongan untuk melalukan kunjungan tidak lanjut pada dokter

No comments:

Post a Comment