Tuesday, February 12, 2013

Contoh Lp P.i di Rs. I.A Moeis Samarinda



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
          Dalam pengembangan dan peningkatan siswa diperlukan adanya suatu kegiatan terencana yang bertujuan untuk melatih dan mendidik siswa sebagai pelajar dan warga masyarakat yang terampil dan berkualitas. Kegiatan yang akan dilakukan oleh sekolah kejuruan ini bertujuan untuk menunjang keberhasilan siswa pada akhir semester empat.
            Praktek industri (PI) adalah suatu kegiatan kerja siswa pada suatu lokasi dan pada waktu tertentu. Dalam praktek industri siswa dituntut agar lebih terampil dalam menghadapi ujian praktek yang di peroleh di sekolah, dan siswa juga dituntut belajar dari pengalaman selama praktek industri di rumah sakit umum daerah (RSUD) I.A MOEIS dan disesuaikan dengan waktu yang sudah ditetapkan.
            Tanpa adanya praktek industri sulit bagi siswa untuk terjun atau melakukan langsung kedunia usaha maupun dunia industri. Oleh karena itu siswa perlu menggali hal-hal yang baru dan menggunakan ilmu yang didapat selama berada di bangku sekolah maupun tempat industri.



B.   Tujuan Praktek Industri (P.I)
 Tujuan dari praktek industri ini adalah :
1.      Mengembangkan dan mengenali hal-hal yang baru di dunia usaha dan meningkatkan  pengetahuan lebih banyak lagi, baik teori maupun praktek yang diterima disekolah.
2.      Member kesempatan pada siswa untuk dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja selama berada dirumah sakit.
3.      Sebagai bahan informasi, dan bahan perbandingan tentang ilmu pengetahuan yang didapat disekolah dan selama praktek industri di Rumah Sakit Umum Daerah I.A MOEIS.
4.      Mentapkan sikap professional dan memberikan sikap terampil sebagai bekal untuk memasuki lingkungan kerja / praktek.

C.     Tujuan Penulis Laporan Praktek Industri (P.I)
Semua siswa menulis laporan hasil praktek industri ini dengan tujuan antara lain :
1.   Sebagai bentuk komunikasi dan pengalaman tertulis untuk disampaikan kepada generasi penerus sekolah sekolah SMK Purwajaya.
2.   Sebagai bentuk percaya diri, kreatif, serta disiplin dalam tugas yang diberikan selama praktek       industri.
3.  Sebagai bentuk tanggung jawab selama melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan oleh sekolah dalam bentuk laporan.
4.      Sebagai salah satu syarat untuk uji kompetensi produktif akhir tahun kedua pembelajaran.




BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Sejarah singkat berdirinya Rumah Sakit Umum Daerah I.A MOEIS                 Samarinda
          Sejak berlakunya otonomi daerah pada awal tahun 2011 di Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan dampak yang sangat besar terhadap keuangan daerah dan pembangunan daerah serta pertumbuhan ekonomi, sejalan dengan semangat era otonomi, pemerintah kota samarinda senantiasa mencari dan melakukan langkah-langkah serta upaya-upaya dalam meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat sebagai wujud pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan  bertanggung jawab. Atas dasar hal disusunlah visi kota samarinda yaitu “Terwujudnya Kota Samarinda sebagai kota jasa-industri, perdagangan, dan pemukiman yang berwawasan lingkungan”. Makna yang terkandung dalam visi kota jasa-industri tersebut adalah pembangunan kota di titik beratkan pada bidang transportasi, perhotelan, rekreasi, olahraga, kesehatan, dan pendidikan yang jangkauan pelayanannya diharapkan mampu menempuh sejauh mungkin di luas batas wilayah administrasi kota samarinda, tidak hanya dalam lingkungan Kalimantan Timur dan wilayah Kalimantan tetapii juga sebagai kawasan Timur Indonesia.
            Salah satu bentuk nyata dari pembangunan kota jasa yang di titik beratkan pada bidang pelayanan kesehatan maka perlu langkah nyata dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas merata dan terjangkau oleh masyarakat, hal tersebut di wujudkan oleh Pemerintah Kota Samarinda dalam bentuk pembangunan rumah sakit daerah yang diberi nama RSUD I.A MOEIS Samarinda.


B. Pelayanan dan Penunjang di Rumah Sakit
Fasilitas pelayanan dan penunjang di rumah sakit
1.      Unit Pelayanan UGD
2.      Unit Pelayanan OK
3.      Unit Pelayanan Kebidanan
4.      Unit Pelayanan Poliklinik
a.       Poli umum
b.      Poli bedah
c.       Poli mata dan THT
d.      Poli obgyn
e.       Poli penyakit dalam
f.       Poli penyakit kulit dan kelamin
g.      Poli anak
h.      Poli gigi
5.      Unit Pelayanan Ruang VIP
6.      Unit Pelayanan kelas 1,2,3
7.      Unit Pelayanan bangsal
8.      Unti Pelayanan ICU/CCU
9.      Unit Pelayanan Fisioterapi
10.  Unti Pelayanan Laboratorium
11.  Unit Pelayanan Radiologi
12.  Unit Pelayanan Farmasi
13.  Unit Pelayanan Bagian Gigi
14.  Unit Pelayanan Laundry
15.  Unit Pelayanan CSSD



BAB III
DASAR TEORI

A.  Pengertian Konsep Dasar Manusia (KDM)
Teori Hierarki kebutuhan dasar manusia yang di kemukakan Abraham Maslow (dalam Potter                   Perry,1997) dapat di kembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :
1.   Kebutuhan fisiologis merupakan yang paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologi seperi oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makan), keseimbangan, suhu badan , eliminas, tempat tinggal, istirahat, dan tidur, serta kebutuhan seksual.
2.      Kebutuhan rasa aman dan pelindungan di bagi menjadi fisk dan perlindungan psikologis.
a.  Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atas hidup.   Ancaman tersebut dapat berupa penyakit. Kecelakaan, bahaya dari linhkungan, dan    sebagainya.
b.      Pelindungan psikologi, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang di alami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya.
3.      Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki, antara lain member dan menerima kasih saying, terhadap kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok social, dan sebagainya.
4.      Kebutuhan ajan harga diri maupun perasaan di hargai oleh orang lain. Kebutuhan ini berkaitan dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, kemerdekaan sendiri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang.
5.      Kebutuhan aktualisasi, dari merupakan kebutuhan tertinggi dalam Hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain / lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

Kebutuh-kebutuhan tersebut dapat di gambarkan sebagai suatu pyramid.



B.  Jenis-jenis Kebutuhan Dasar  Manusia (KDM)
Adapun yang termasuk didalam Kebutuhan Dasar Manusia antra lain sebagainya berikut:
1.   Mengukur suhu tubuh
2.  Menghitung denyut nadi
3.  Mengukur tekanan darah
4.  Menimbang berat  badan
5.  Mengukur tinggi badan
6.  Menggosok gigi
7.  Memandikan pasien dalam posisi berbaring
8.  Membersihkan mulut (ORAL HYGIENE)
9.  Mencuci rambut
10.  Menyiapkan tempat tidur terbuka
11.  Menyiapkan tempat tidur tertutup
12.  Mengganti alat tenun dengan pasien diatasnya
13.  Mencuci tangan biasa
14.  Mencuci tangan desinfektan
15.  Memakai handscoon steril
16.  Mendesinfeksikan alat tenun, kaca karet, logam/mencuci alat
17.  Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda
18.  Memindahkan pasien dari tempat tidur ke brancar
19.  Memiringkan pasien
20.  Memberi posisi Fowler
21.  Memberi posisi Sim’s
22.  Memberi posisi Trendelenburg
23.  Memberi posisi anti Trendelenburg
24.  Memberi posisi Lithotomi
25.  Memberi posisi Genupektural
26.  Memberi posisi Dorsal Recumbent
27.  Memberi posisi Pronasi/Tengkurap
28.  Melatih rentang pergerakan sendi aktif/Room Aktif
29.  Melatih rentang pergerakan sendi pasif/Rom Pasif
30.  Member buli-buli panas
31.  Memberi kompres dingin
32.  Perawatan pasien terminal
33.  Perawatan jenazah  

C. Batasan teori
     Dari 33 kompetensi kdm dalam laporan ini penulis hanya mengambil/ membahas salah satu dari tindakan kdm tersebut. Adapun yang penulis ambil dalam laporan ini adalah tindakan menghitung pernapasan/ respirasi

BAB IV
ISI
A.    Menghitung Pernafasan
1.      Dasar Teori
Menghitung pernafasan dilakukan selama 1 menit penuh. Nilai pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu funggsi system pernafasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru-paru dan pengaturan asam dan basa
2.      Tujuan Tindakan
a.    Mengetahui frekuensi pernafasan, irama dan kedalaman pernafasan
b.   Menilai kemampuan pernafasan
3.       Alat dan bahan
a.    Jam tangan / stop watch
b.   Alat tulis
4.       Prosedur kerja
a.                   Jelaskan prosedur kepada pasien
  1. Cuci tangan efektif
  2. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
  3. Menghitung pernafasan dengan memperhatikan gerakan pernafasan pada dada pasien ( menghitung dalam waktu 1 menit penuh)
  4. Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan
  5. Merapihkan pasien
  6. Membereskan alat
  7. Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
  8. Melakukan dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
 

Bab V
Pembahasan

           Pada peraturan pekerjaan yang ada, bahwasanya terdapat perbedaan antara teori yang didapat di sekolah dengan aplikasi di Rs mois yang terjadi, hal itu dapat menyebabkan hasil dari pemeriksaan yang kurang akurat.
            Seperti pada saat setiap melakukan tindakan harus diawali dengan mencuci tangan dan di akhiri dengan mencuci tangan pula.  Misalnya di lapangan pada saat pemeriksaan pernapasan perawat mengobservasi pasien atau klien dengan cara tidak mencuci tangan pada saat memeriksa pasien yang lain atau melakukan pemeriksaan secara kontinyu tanpa mencuci tangan. Adapun resiko yang dapat terjadi yaitu pada pasien yang mempunyai penyakit menular seperti hepatitis B yang dapat menular dengan melalui keringat, bila perawat tidak mencuci tangannya setelah memeriksa satu pasien maka dapat menular ke perawat dan pasien yang lain yang akan di periksa oleh perawat.
          Adapun hal-hal tersebut dapat dicegah dan diatasi dengan cara mencuci tangan hingga bersih setelah pemeriksaan kepada pasien agar kuman dan bakteri yang ada di tubuh pasien tidak menempel di tangan perawat dan tidak menularkan ke pasien-pasien yang lain.
       Contoh yang kedua, pada saat pemeriksaan pernapasan, perawat melakukan perhitungan dengan mempersingkat waktu yaitu dengan cara 15 detik kemudian hasil perhitunga selama 15 detik di kalikan dengan 4 sehingga di dapat waktu selama 1 menit. Adapun cara ini tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu menghitung pernapasan dengan waktu 1 menit penuh. Apabila yang di lakukan dengan perhitungan cara mempersingkat waktu, dapat dipakai hanya pasien yang pernapasannya normal dan tidak dapat di pakai pada pasien yang mempunyai pernapasan yang irregular (tidak beraturan).
          Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi hasil yang akan di dapat, karena apabila mempersingkat waktu pada pasien yang mempunyai pernapasan yang irregular maka hasil yang di dapat tidak akurat.
         Contoh yang ketiga, pada saat memeriksa pernapasan perawat tidak mendengarkan atau mengabaikan irama, bunyi, dan kedalaman pernapasan. Dimana hal tersebut bersimpangan dengan teori yang ada. Yang mana pada saat pemeriksaan pernapasan harus memperhatikan irama, bunyi, dan kedalaman pernapasan. Di karenakan Irama, bunyi, dan kedalaman  pernapasan merupakan hal yang penting dapat mengetahui adanya penyakit lain yang diderita oleh pasien.
Contoh yang keempat, pada saat pemeriksaan, perawat tidak merapikan keadaan pasien sebelum dan sesudah pemeriksaan dimana pasien dalam keadaan tidak nyaman. Seharusnya, sebelum melakukan pemeriksaan perawat di tuntut untuk membersihkan atau merapikan keadaan pasien. Misalnya, pasien yang belum mandi selama dia berada di rumah sakit, sehingga perlu di rapikan atau dibersihkan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan agar pasien merasa nyaman pada saat pemeriksaan. Pada saat sesudah pemeriksaan perawat di anjurkan untuk merapikan atau membersihkan pasien agar pasien tetap merasa nyaman setelah dilakukan pemeriksaan.
             Setelah pemeriksaan selesai, perawat membersihkan dan membereskan alat-alat yang telah digunkan agar alat tetap dalam keadaan bersih dan rapi. Contoh terakhir setelah pemeriksaan selesai, perawat melakukan dokumentasi agar dokter dapat menganalisa atau mengetahui hasil dari pemeriksaan yang telah di lakukan oleh perawat.
                 Contoh yang kelima,yaitu teknik cara mengukur penafasan,menghitung pernafasan bisa juga dilakukan pada saat mengukur tanda-tanda vital tanpa diketahui oleh pasien.kalau kita sedang menghitung pernafasan pasien dan cara menghitung pernafasan sama persis seperti menghitung denyut nadi.





Bab VI
PENDAHULUAN
 TBC (TUBERCULOSIS)
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi. Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit atau klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar karena TB merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia. Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus walaupun pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resistendan TBC akan sulit untuk disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama maka butuh keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat. Dukungan keluarga penderita sangat dibutuhkan untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan
         Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan, kasus kambuh dan kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang disiplinnya pasien dalam minum obat maka penulis berkeinginan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan TBC.

A.    Pengertian 
            Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.
            Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.

B.     Tanda dan gejala
1.      Tanda
a.       Penurunan berat badan
b.      Anoreksia
c.       Dispneu
d.      Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning
2.      Gejala
a.       Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
b.      Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
c.       Sesak Nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
d.      Nyeri Dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
e.       Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam.

     C.    Etiologi
            TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.
            Penyebabnya adalah kuman Mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan-tahan dalam lemari es).
     
     D.    Pathofisiologi
            Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.
            Penularan penyakit ini disebabkan karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberculosis, anak-anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab inilah masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberculosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue.
F.     Penatalaksanaan dan Pengobatan
1.      Aktivitas Bakteriosid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
2.      Aktivitas Sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan. Dalam pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilakukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan dua macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap dua macam obat atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH (Isoniazid).
3.      Jenis-jenis obat yang dipakai:
a.       Obat-obat primer:
 1)Isoniazid (INH)
                 2) Rifampicin
                  Pirazinamid
                   Streptomisin
                   Etambutol
b.      Obat-obat skunder
                    Etionamid
                     Protionamid
                    Sikloserin
                    Kanamisin
                    P.A.S.A (Para Amino Salicylic Acid)
                    Tiasetazon
                  Viomisin
                   Kapreomisin
Obat
Dosis harian
(mg/kgbb/hari)
Dosis 2x/minggu
(mg/kgbb/hari)
Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)              
INH
     5-15 (maks 300 mg)
15-40
(maks. 900 mg)
       15- 40 (maks. 900 mg)
 Rifampisin
10-20
(maks. 600 mg)
10-20
(maks. 600 mg)
      15-20 (maks. 600 mg)
  Pirazinamid
15-40 (maks. 2 g)
50-70 (maks. 4 g)
      15-30 (maks. 3 g)
Etambutol
  15-25 (maks. 2,5 g)
50 (maks. 2,5 g)
      15-25 (maks. 2,5 g)
   Streptomisin
15-40 (maks. 1 g)
25-40 (maks. 1,5 g)
      25-40 (maks. 1,5 g)


9. Penatalaksanaan
a.       Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut:
  • Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
  • Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
Adapun jenis  obat yang dipakai adalah sebagai berikut :
-  Obat Primer                                   -  Obat Sekunder
1.  Isoniazid (H)                               1.  Ekonamid
2.  Rifampisin (R)                             2.  Protionamid
3.  Pirazinamid (Z)                           3.  Sikloserin
4.  Streptomisin                                4.  Kanamisin
5.  Etambutol (E)                              5.  PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6.      Tiasetazon
7.      Viomisin
8.      Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
 Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap  intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi  negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
PRAKTIK INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
PURWAJAYA LOA JANAN
JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2012/2013
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada
Tanggal : 25 Juni 2012
Jam : 16.00
I.          PENGKAJIAN
 A. BIODATA
            Nama Klien                                                   : Tn. T
            Usia                                                                : 62 tahun
Status Perkawinan                                     : Sudah menikah
            Agama                                                           : islam
            Suku / Bangsa                                             : kutai/indonesia
            Pendidikan                                                   : SD
            Pekerjaan                                                     : Petani
            Alamat                                                           : Kampung Tanjung Laong, Kukar
            Masuk Rumah Sakit ( Tanggal / jam )   : 23/06/2012 / 20.25 WITA
            No. Registrasi                                              : 063644
            Diagnosa Medis                                          : TBC ( Tuberculosis )

B.     RIWAYAT KEPERAWATAN
1.     Keluhan Utama :
A.       Saat Masuk ( tanggal 23-06-2012 )     : Ps. Mengatakan nafasnya sesak dan dadanya sakit
B.        Saat Mengkaji ( tanggal 25-06-2012 )            : Ps. Mengatakan kalau susah bernafas, dada terasa sesak, badan lemas, pusing, mual, muntah.
2.     Riwayat Penyakit Sekarang : Sesak dirasakan 1 minggu yang lalu.
3.     Riwayat Penyakit dahulu : Ps. Mengatakan pernah menderita penyakit seperti ini satu tahun yang lalu
4.     Riwayat Penyakit Keluarga : Ps. Mengatakan dari keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti ini.
5.     Genogram Keluarga :
 





















 








Keterangan :                           
                                 : Laki-laki
                                 : Perempuan
                                 : Meninggal
                                 : Pasien
C.     Data Psiko – Sosial, Ekonomi
·        Psiko : Pasien adalah orang yang penyabar dan ramah.
·        Sosial : Pasien adalah orang yang mudah bergaul dengan orang lain dengan keluarga yang sangat dekat dapat dilihat dari banyaknya keluarga yang menjenguk pasien.
·        Ekonomi :Klien dan keluarga orang yang berekonomi menengah.
D.    Data Spiritual: Sebelum sakit pasien adalah orang yang taat beribadah, selama sakit ps jarang beribadah di karenakan nafasnya yang sesak.
E.     Pola Kebiasaan Sehari-hari
1.     Nutrisi :
b.     Di rumah : Pasien biasa makan 2 kali sehari dengan porsi makan biasa ( nasi, ikan, sayuran)  dan diselingi minum air putih dan teh, porsi selalu dihabiskan.
c.       Di rumah sakit : Pasien makan-makanan yang diperoleh di rumah sakit dan di selingi minum air putih dan teh, porsi yang di sajikan habis separuhnya saja.
2.     Eliminasi
Alvi dan urine ( Di rumah dan di rumah sakit )
Di rumah : Sebelum sakit pasien BAB rutin satu kali sehari (warna kuning dan  konsistensilunak)
Di rumah sakit : Sering BAB ( kuning dan encer).
3.     Istirahat dan tidur :
a.     Di rumah : Pasien biasa tidur dari pukul 22.00 sampai 06.00 pagi, siang dari pukul 13.00 sampai 17.00 sore (jika tidak radang).
b.     Di rumah sakit : Pasien susah tidur karena kondisi penyakitnya yaitu sesak nafas ( sulit waktu tidur).
4.        Aktivitas  dan gerak :
a.     Di rumah : Pasien biasa beraktifitas keladang setiap hari.
b.   Di rumah sakit : Pasien hanya terbaring di tempat tidur.
5.  Personal Hygiene :
a.     Di rumah : Klien biasa mandi, gosok gigi, dan ganti pakaian 2 kali sehari.
b.     Di rumah sakit : Klien tidak bisa melakukan aktifitas kekamar mandi karena kondisinya.

F.     Pemeriksaan Fisik  ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi )
1.     Keadaan Umum :
a.      Kesadaran ( GCS ) : 15      E= 4        V= 5        M= 6
b.  Tinggi  Badan : 165 cm
c.     Berat badan : 50 kg                     sebelum sakit : 65 kg
2.     Tanda –tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg        Nadi : 95 x/menit               Suhu Badan : 36 °C
RR : 26 x/menit :
3.     Kepala :
a.     Rambut : Hitam penyebaran merata, agak berubah kasar lurus.
b.     Kulit kepala : kotor tidak ada lesi.
c.      Wajah : Simetris dan oval, ekspresi (seperti menahan sakit)
d.     Mata : konjungtiva (tidak ada pembengkakkan), palpebra (, skelera (, pupil(
e.     Mulut :Bersih, mukosa lembab, halitosis, gigi caries, plak gigi, lidah bersih
f.       Bibir : Simetris, antara atas dan bawah tidak ada stomatitis.
g.     Hidung : Simetris tanpa kotoran pada kedua lubang terpasang oksigen 3 lpm, dapat membedakan bau-bauan, o2 dapat keluar masuk lewat kedua lubang hidung pada saat inspirasi maupun ekspirasi
h.     Telinga :Letak simetris sama besar antara kanan dan kiri, serumen, tidak ada masalah pendengaran
4.     Leher : tidak adanya pembengkakan di kelenjer tiroid, tidak ada pembesaran vena dugularis, tidak ada nyeri tekan maupun nyeri telan
5.     Dada : inspeksi ( dada simetris, menggunakan otot bantu napas), auskultasi ( tidak ada wheezing, tidak ada ronchi, suara napas bronchovasiculer, suara jantung s1 dan s2 ), plapasi ( tidak ada nyeri tekan dan tidak ada tulang yang patah ), perkusi ( adanya bunyi redup disebelah kiri karna ada jantung, tidak ada bunyi pekak )
6.     Abdomen : inspeksi ( perut simestri, agak membuncit tidak ada lesi ), auskultasi ( terdengar bising usus 2 kali permenit dan tidak ada peristaltiknya) , plapasi (tidak ada nyeri tekan), perkusi ( suara tidak hipersonor, tidak pekak )
7.     Genetalia : tidak pasang selang kateter, agak kotor,  testis simestris, kelainan tidak ada.
8.     Tungkai :           4      4
9.     Punggung : tidak ada luka decubitus
10.                        Lengan :             4     4
11.                        Kulit : warna sawo  matang, kering dan kasar, turgor, tidak lebih dari 1 menit bila kulit di cubit.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1.     Laboratorium :  = HB = 13,6 gr%                    
Leokosit :15.100
Hematokrit:43
Trombosit:183000
GDS:175 mg/dl
Ureum:150  mg/dl        
Kreatinin:4,2 mg/dl
SGOT:495
SGPT:455
Ck-mb:33
2.     Rontgen :
3.     EKG :
4.     EEG :
5.     Endoskopi :
6.     ECHO :
7.     Lain – lain :
Penatalaksanaan Terapi / Diet :
-         RL 10 tpm
-         Farsix 1 ampul / 12 jam
-         Farmasal 100 mg 0-1-0
-         Farsorbid 5 mg 2x1 tablet
-         Toni gard 0-10
-         Hepabalance 2x1 tablet
-         Rendah protein dan rendah gara

II. Data fokus :
A.    Data Subyektif :
-         Pasien mengatakan susah bernafas.
-         Pasien mengatakan nafasnya sesak.
-         Pasien mengatakan dadanya terasanya nyeri.
-         Pasien mengatakan badanya lemes.
-         Pasien mengatakan mual.
-         Pasie mengatakan perutnya terasa nyeri.
-         Pasien mengatakan kepalanya pusing.
-         Pasien mengatakan kalau sudah 2 hari tidak mandi.
-          Pasien mengatakan kalau jalan terasa sesak nafasnya.
-         Pasien mengatakan kalau sering batuk.
-          
B.     Data Obyektif :
-         Pasien tampak gelisah.
-         Terpasang selang oksigen 3 lpm.
-         Pasien tampak lesuh dan kusam.
-         Tercium aroma tdk sedap dari mulut dan badan pasien.
-         Tampak kotoran di lipatan leher dan tungkai
-         Kulit kusam dan kasar pasien tampak berbaring di tempat tidur.
-          Terdengar bunyi ronchi disemua lepang paru kanan dan kiri

III. Analisa Data
PENGELOMPOKAN DATA
              MASALAH
               PENYEBAB
 1.1 Ds: - pasien mengatakan nafasnya sesak.
-pasien mengatakan kalau sering batuk.
-pasien mengatakan kalau dadanya sakit.
Do: -terpasang o2  3 lpm.
-terdengar bunyi ronchi di semua lapang paru kanan dan kiri.

 1.2 Ds:- pasien mengatakan badanya lemas.

Do: -pasien terlihat baring ditempat tidur.
-


 1.3. Ds: -
-pasien mengatakan kalau sudah 2 hari tidak mandi.

Do: -
-pasien tampak kusam dan kusuh.

1.4 Ds :
- pasien mengatakan nyeri didada

Do:
- wajah pasien tampak meringis
-skala nyeri 5

1.5 Ds :
Pasien mengatakan tidak menghabiskan makanan yang diberikan dari rumah sakit
Do :
-bb sebelum sakit 65 kg
Bb setelah sakit 50 kg
-makan 3 kali sehari pasien tidak menghabiskan makanannya.
-

bersihan jalan nafas tidak efektif.











Intoleran aktifitas.








defisit perawatan diri








Nyeri








Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh








Peningkatan produksi sputum











Fatigue/ kelemahan








Kelemahan








Iritasi jalan nafas








Intake yang tidak adekuat



IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS :
1.     bersiahan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan Produksi sputum
2.     Nyeri pada dada b.d  iritasi jalan napas.
3.     Kurangnya nutrisi b.d karena jarangya menghabiskan porsi makan.
4.     Intoleran aktifitas b.d ketidak seimbangan antara suplai kebutuhan oksigen ; tirah baring.
5.     Defisit perawatan diri b.d intoleran aktifitas ; tirah baring.
V. RENVPRA

TGL/JAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
TUJUAN
INTERVENSI
25-06-2012
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
Setelah dilakukan tindkan keperawatan dalam waktu 3x24 jam masalah Bersihan jalan nafas efektif teratasi/ berkurang dengan kriteria hasil:
1.1.         RR 16-24x/menit.
1.2.         Suara nafas abnormal minimal
1.3.         Tidak ada sianosis
1.4.         Tidak menggunakan alat bantu nafas
1.1            Auskaltasi pernafasan : Suara nafas, frekuensi dan kedalaman.
1.2            Monitor : adanya sianosis/ pucat
1.3.         Monitor ekspansi pengembangan dada
1.4.         Jelaskkan penyebab kesulitan bernafas
1.5.         Posisi tidur semi fowler untuk memudahkan
1.6.         ekspansi pengembangan dada.
1.7.         .Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
1.8.  Ajakan dan dukung pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif.
1.9.  Berikan minum air hangat.
1.10.    Kolaborasi berikan oksigen sesuai indikasi.
26-06-2012
Nyeri pada dada b.d  iritasi pada jalan nafas
Nyeri  di bagian dada pasien hilang atau berkurang kriteria hasil :
4.1            Pasien tidak mengeluh nyeri.
4.2             Pasien merasa nyaman dengan tidak batuk
4.1 Memberikan obat yang dianjurkan atau yang diresepkan oleh dokter.

26-06-2012
Kurangnya nutrisi b.d karena jarangnya menghabiskan porsi makan
Nutrisi pada pasien tercukupi kriteria hasil :
5.1 Pasien tidak merasa lemas karena kurang nutrisi
5.2 Mempercepat kesembuahan

5.1 berkolaborasi dengan pasien agar pasien dapat menghabiskan makan tersebut.
5.2 Memotivasi untuk menghabiskan makanannya.
5.3 Berkolaborasi dengan keluarga untuk membawakan makanan kesukaannya.

Intoleran aktifitas b.d fatigue/ kelemahan
Setelah dilakukanPasien  menunjukkan toleransi terhadap aktifitas dalam 3 hari dengan kriteria hasil:
2.1. tidak ada keluhan
2.2. pasien dapat melakukan aktifitas rutin.
2.3 pasien segar.
2.1 Diskusikan bersama pasien tentang kegiatan yang diperlukan.
2.2 Identifikasi aktifitas yang memicu kelelahan.
2,3 CIptakan lingkungan yang tenang.
2.4 Batasi jumlah pengunjung.
2.5 Observasi tanda vital sebelum dan sesudah aktifitas
2.6 Gunakan alat mandi yang sesuai dengan kondisi pasien.
2.7 Tingkatkan mobilisasi secara bertahap
2.8 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
2.9 Kolaborasi dengan Bagian gizi untuk diet yang sesuai

26-06-2012
Devisit perwatan diri b.d intoleran aktifitas tirah baring
Kebersihan diri pasien meningkat kriteria hasil:
3.1 Pasien tampak segar.
3.2 Tidak kecium aroma yang tdak sedap
3.3 rambut pasien tidak kucel
3.4 gigi paqsien tampak bersih tidak ada halitosis
3.5 badan klien tampak berasih
.
3.1 Kaji tingkat kebersihan dari pasien.
3.2 Bantu pasien dalam melakukan aktifitas kebersihan diri.
3.3 Bantu pasien atau anjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri.
3.4 Kolaborasi untuk masalah ketidak mampuan beraktifitas.  
3.5 Menganjurkan pasien untuk makan makanan yang bergizi.

NO
HARI/TGL/JAM
TINDAKAN
EVALUASI
1.
25-06-2012
1.1.         Mengauskultasi pernafasan: suara, frekuensi dan kedalaman.
1.2.        Memonitor adanya sianosis.
1.3.        Mengajarkan latihan bernafas dalam batuk efektif.
1.4.        Berkolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi.
1.1.         Tidak adanya bunyi ronchi lagi dan kedalaman nafas mulai terartur.
1.2.         Tidak ada sianosis.
1.3.         Pasien mengatakan batuknya sudah mulai berkurang.
1.4.         Oksigen 3 Lpm.
2.
26-06-2012
2.1.Membantu pasien dalam melakuakan aktifitas kebersihan diri.
2.2.         Mengobservasi tanda-tanda vital sesudah aktifitas.
2.1.          Pasien mengatakan badanya agak segar.
2.2.         TTV: TD: 110/70 mmHg
                ND: 88x/mnit
                RR: 25x/mnit
                T: 36.5
3.
27-06-2012
Membantu pasien untuk melakukan aktifitas.
Pasien bisa melakukan aktifitas hanya sedikit saja.
4.
28-06-2012
Memberi dorongan ke pasien untuk  beraktifitas dan berdiri .
Pasien sekarang sudah bisa berjalan dan sesak yang dirasakan oleh pasien sudah tidak kambuh lagi.
5
28-06-2012
Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi pada pasien
Pasien sekararang tidak merasakan nyeri pada dada lagi dan pasien dapat bernafas secara teratur atau normal.





NO
HARI/TGL/JAM
DIAGNOSIS
SOAP
1
28-06-2012
Bersihan jalan napas tidak efektif b/d batuk tidak efektif.
S  : Ps. Mengatakan sesaknya berkurang
O : Tidak ada tanda-tanda sianosis o2 3lpm.
A : Masalah terselesai sebagian
P : Lanjutkan intervens 1.7-1.10
2
26-06-2012
Intoleran aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai kebutuhan oksigen.
S  : Pasien mengatakan sesaknya kambuh
O : Td : 100/70 mmhg                  RR : 30 kali/mnt
      N  : 90 kali/menit                     T  : 36,5
      Pasien gelisah
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi  

3
27-06-2012
Defisit perawatan diri b/d intoleran aktifitas.
S  : Pasien mengatakan badannya agak segar dan bisa melakukan aktifitas sedikit demi sedikit.
O : Pasien tampak segar
A : Masalah terselesaikan
P : Intervensi di hentikan  

4
28-06-2012
Nyeri pada dada b/d seringnya batuk
S  : Pasien mengatakan sesaknya berkurang dan dada masih terasa nyeri.
O : Terpasang O2 3lpm. Pasien merasa tenang.
A : Masalah teratasi.
P : lanjutkan intervensi.
5
28-06-2012
Kurangnya nutrisi b/d jatangnya menghabiskan porsi makan.


S : Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
O : Porsi makanan tidak di habiskan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkian intervensi