Tuesday, December 3, 2013

Askep Dermatitis



DERMATITIS


A. KONSEP MEDIS
1.   DEFINISI
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang dalam perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan pada umumnya memberikan gejala subjektif gatal. (Mulyono :1986)
Dermatitis adalah peradangan epidermis dan dermis yang memberikan g ejala subjektif gatal dan dalam perkembangannya memberikan efloresensi yang polimorf. (Junaidi Purnawan : 1982)

2.   ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya dermatitis dibagi dalam type :
a.    Dermatits kontak
- Dermatitis kontak toksis akut
Suatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer kuat / absolut. Contok : H2SO4 , KOH, racun serangga.
- Dermatitis Kontak Toksis Kronik
Suatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer lemah / relatif. Contoh : sabun , detergen.
- Dermatitis Kontak Alergi
Suatu dermatitis yang disebabkan oleh alergen . Contoh : logam (Ag, Hg), karet, plastik, dll.
b.   Dermatitis Atopik
Suatu peradangan menahun pada lapisan epidermis yang disebabkan zat-zat yang bersifat alergen. Contoh : inhalan (debu, bulu).
c.    Dermatitis Perioral
Suatu penyakit kulit yang ditandai adanya beruntus-beruntus merah disekitar mulut. Penyebabnya tidak diketahui, menyerang wanita berusia 20-60 tahun dan bisa muncul pemakaian salep kortikosteroid diwajah untuk mengobati suatu penyakit.
d.   Dermatitis Statis
Suatu peradangan menahun pada tungkai bawah yang sering meninggalkan bekas, yang disebabkan penimbunan darah dan cairan dibawah kulit, sehingga cenderung terjadi varises dan edema.

3.   PATOFISIOLOGI
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut.
Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya penyakit kulit lain.

4.   TANDA DAN GEJALA
a. Dermatitis Kontak
Gatal-gatal , rasa tidak enak karena kering, kulit berwarna coklat dan menebal.
b. Dermatitis Atopik
Gatal-gatal , muncul pada beberapa bula pertama setelah bayi lahir, yang mengenai wajah, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan dan kaki.
c. Dermatitis Perioral
Gatal-gatal bahkan menyengat, disekitar bibir tampak beruntus-beruntus kecil kemerahan.
d. Dermatitis Statis
Awalnya kulit merah dan bersisik, setelah beberapa minggu / bulan , warna menjadi coklat.

5.   KOMPLIKASI
1. Katarak
2. Infeksi   oleh bakteri , virus da jamur

6.   PENGOBATAN
1. Terapi umum
- Hindari faktor penyebab.
- Jaga kulit jangan sampai kering à pelembab.
- Berikan pengertian untuk tidak digaruk.
2. Terapi Lokal
- Salep / krim / losio kortikosteroid.
3. Terapi Sistemik
- Anti histamin.
- Kortikosteroid ; dosis 40-60 mg.
- Antibiotik ; Eritromisin, Dewasa 4x 250 mg/hr.
                                                                          4x 125 mg/hr.

B.   KONSEP KEPERAWATAN
1.   PENGKAJIAN
- Kaji faktor penyebab terjadinya gangguan.
- Kaji pengetahuan tentang faktor penyebab dan metode kontak.
- Kaji adanya pruritas, pain dan burning.
- Kaji peningkatan stress yang diketahui pasien.
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Riwayat infeksi yang berulang-ulang.
- Kaji faktor yang memperparah.
- Pada    reaksi ringan kulit terlihat merah dan terdapat vesicle.
- Pada reaksi berat terdapat ulceration, bulla buosion.


2.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri : gatal berhubungan dengan inflamasi pada kulit.
2. Gangguan body image berhubungan dengan lesi pada kulit.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan garukan.
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang alergen-alergen dikulit.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tahanan primer tidak adekuat.

3.   INTERVENSI
Dx. 1. Nyeri ; Gatal berhubungan dengan inflamasi pada kulit.
Tujuan : Mengurangi rasa gatal.
Tindakan :
- Hindarikan semua bahan yang menyebabkan.
- Jelaskan pengertian untuk tidak digaruk.
- Kolaborasi dokter pemberian anti histamin.
Dx. 2. Gangguan body image berhubungan dengan lesi pada kulit.
Tujuan : Menyatakan penerimaan situasi diri.
                           Pasien memiliki konsep diri yang positif.
Tindakan :
- Kaji makna kehilangan / perubahan pada pasien.
- Berikan penguatan positif terhadap kemampuan dan dorong usaha  untuk mengikuti tujuan rehabilitasi.
- Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat dan beri informasi bagaimana mereka dapat membantu pasien.
Dx. 3. Ganggun integritas kulit berhubungan dengan garukan.
Tujuan : Menunjukkan regenerasi jaringan.
                          Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka.
Tindakan :
- Kaji warna, ukuran, perhatikan jaringan nekrotik.
- Berikan kompres dingin /  larutan PK untuk lesi eksudatif dan basah.
- Jangan terlalu kuat mengusap-ngusap kulit dengan handuk.
- Anjurkan untuk memakai stoking.
- Kurangi kontak langsung pada area luka.
- Anjurkan untuk tidak menggaruk.
- Dorong pasien menerapkan prinsip-prinsip kebersihan diri.
- Kolaborasi pemberian antibiotik pada infeksi sekunder.
Dx. 4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang alergen-alergen .
Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan.
Tindakan :
-          Penkes yang meliputi pengetahuan pasien untuk mengenali agen penyebab, perjalanan penyakit , faktor yang memperberat dan cara perawatan.

Dx. 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu, bebas eksudat – purulen dan tidak demam.
Tindakan :
-          Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik.
-          Periksa area terkena.
-          Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik.

4.   IMPLEMENTASI
1) Nyeri ; gatal berhubungan dengan inflamasi pada kulit.
- Menghindarkan semua bahan yang menyebabkan.
- Menjelaskan pengertian untuk tidak digaruk.
- Melaksanakan advis dokter pemberian anti histamin.
2) Gangguan body image berhubungan dengan lesi pada kulit.
- Mengkaji makna kehilangan/perubahan pada pasien.
- Memberikan penguatan positid terhadap kemampuan dan mendorong usaha untuk mengikuti tujuan rehabilitasi.
- Memberikan kelompok pendukung untuk orang terdekat dan memberi informasi bagaimana mereka dapat membantu.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan garukan.
- Mengkaji warna, ukuran, perhatikan jaringan nekrotik.
- Memberikan kompres dingin  / larutan PK untuk lesi eksudatif dan basah.
- Menganjurkan klien untuk jangan terlalu kuat mengusap-usap kulit dengan handuk.
- Menganjurkan klien untuk memakai stoking.
- Mengurangi kontak langsung pada area luka.
- Menganjurkan klien untuk tidak menggaruk.
- Mendorong klien untuk menerapkan prinsip-prinsip kebersihan diri dalam kehidupan sehari-hari.
- Memberikan obat antibiotik pada infeksi sekunder.
4) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
- Memberikan penkes kepada klien untuk mengenali agen penyebab, perjalanan penyakit, faktor yang memperberat dan cara perawatan.
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
- Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik.
- Memeriksa daerah yang terkena.
- Mengkaji tanda-tanda adanya infeksi.
- Memberikan obat antibiotik.

5.   EVALUASI
Dx.      1. Pasien bebas nyeri , gatal.
2. Individu menilai keadaan dirinya terhadap hal-hal yang realistis.
3. Jaringan berangsur pulih.
 Integritas kulit dapat dipertahankan.
4. Pasien dapat mengungkapkan pengertian mengenai proses penyakit, kemungkinnan komplikasi dan program rehabilitasi.
5. Tidak terjadi infeksi sekunder dan komplikasi.
    Tidak ada eksudat – purulen disekitar luka.


Tuesday, May 28, 2013

CHEFALGIA II

                                                                      CHEFALGIA 
A. DEFINITIONS
 Chefalgia or headache is one of the most important human physical complaints. Headache in fact is a symptom not a disease and can indicate organic disease (neurological or other disease), stress response, vasodilation (migraine), skeletal muscle tension (tension headaches) or a combination of the response (Brunner & Suddart).

B. CLASSIFICATION AND
ETYOLOGI

Headache classification of the most recently issued by the Headache Classification Cimitte of the International Headache Society as follows:1. Migraine (with or without aura)2. Sore lump tense3. Cluster headache and paroxysmal hemicrania4. Various dikatkan headache with structural lesions.5. Dikatkan headache with head trauma.6. Headache associated with vascular disorders (eg, subarachnoid hemorrhage).7. Dihuungkan headache with non-vascular intracranial disorders (eg, brain tumors)8. Headaches associated with the use of chemicals tau drug withdrawal.9. Headache associated with non-cephalic infection.10. Headache associated with metabolic disturbances (hypoglycemia).11. Headache or facial pain associated with disorders of the head, neck or around the head structure (eg, acute glaucoma)12. Cranial neuralgia (pain originating from cranial nerves settled)


C. Pathophysiology 
Headache arise as a result of stimulation of the structures of the head and neck region are sensitive to pain. The buildings are pain-sensitive extracranial muscles okspital, temporal and frontal scalp, subcutaneous arteries and periostium. Skull itself is not sensitive to pain. Intracranial structures consisting of pain-sensitive meninges, especially the basal dura and meninges that block off the sinus venosus and the large arteries at the base of the brain. Most of the brain tissue itself is not sensitive to pain.Stimulation of the buildings that can be: Infection of the lining of the brain: meningitis, encephalitis. chemical irritation of the lining of the brain such as subdural hemorrhage or after pneumo or ensefalografi contrast agent. Stretching urged the lining of the brain due to intracranial space, clogging the passage of liquor, spinous venos thrombosis, cerebral edema or intracranial pressure decreases suddenly or quickly. intracranial arterial vasodilation due to toxic circumstances (such as the common infections, alcohol intoxication, CO intoxication, allergic reactions), metabolic disorders (such as hypoxemia, hypoglycemia and hypercapnia), vasodilating drug use, the state of post-contusio cerebri, acute serebrovasculer insufficiency). extracranial vascular disorders, such as vasodilation (migraine and cluster headache) and inflammation (temporal arteritis) Disruption of muscles that have a relationship with the head, such as the cervical deformans spondiloartrosis. propagation pain (pain reffererd) from the eye (glaucoma, iritis), sinuses (sinusitis), baseol cranial (ca. nasopharyngeal), teeth (third molars pulpitis and urgent dental) and the neck (cervical deformans spondiloartritis. Muscle tension head, neck shoulders as a manifestation psikoorganik in a state of depression and stress. In this case sininim headache of headaches.

D. CLINICAL

 a. MigraineMigraine is a complex phenomenon which has the characteristics of an attack at a specific time and severe headaches that occur repeatedly. Obvious cause of migraines is unknown, but it may be caused by a primary vascular disorder that is usually more common in women and has a strong tendency in the family.Signs and symptoms of migraine on the result of cerebral cortical iskhemia varying degrees. The attack began with a scalp artery vasoconstriction dam retinal and cerebral blood vessels. Intra and extracranial blood vessels dilated, which causes pain and discomfort.Classic migraine can be divided into three phases, namely: Phase aura.Lasted approximately 30 minutes, and can provide an opportunity for the patient to determine the drugs used to prevent the attack. This period is a symptom of impaired vision (glare), tingling, itching sensation on the face and hands, a little weak on the extremities and dizziness.Period is associated with vasoconstriction aura without pain that begins with the initial physiological changes. Reduced cerebral blood flow, with a loss of autoregulation laanjut and CO2 responsiveness damage. Phase headachePhase severe throbbing headache and unable to make the dihungkan with photophobia, nausea and vomiting. Duration of this state varies, a few hours in a day or several days. recovery phasePeriods of muscle contraction neck and scalp are associated with local muscle pain and tension. Fatigue usually occurs, and the patient can sleep for a long time.b. Cluster HeadacheCluster Headache pain is beentuk other vascular lump that often occurs in men. The attack came in the form of a pile or in groups, with the excruciating pain and the eye area and temporal spread stricken face. Pain followed by watery eyes and nasal obstruction. The attack ends from 15 minutes to 2 hours and decreased strength gained.This type of headache is associated with dilatation of the surrounding area and ekstrakranualis arteries, caused by alcohol, nitrites, vasodilator and histamine. These headaches unresponsive to chlorpromazine.c. Tension HeadachePhysical and emotional stress can cause contraction of the muscles of the neck and scalp, which causes tension headaches. Characteristics of this headache feeling no pressure on the forehead, temples, or back of the neck. It is often depicted as a "heavy burden of covering the head". These headaches tend to be chronic rather than weight. Patients requiring sobriety, and usually this is the state of fear that can not be uttered. Symptomatic relief may be given to the location of heat, massage, analgesics, antidepressants and muscle relaxants.E. ASSESSMENTSubjective and objective data is very important to determine the causes and nature of headaches. Subjective Dataa. Understanding of the patient's headache and possible causes.b. Aware of the presence of trigger factors, such as stress.c. Measures - measures to reduce symptoms such as drugs.d. Place, frequency, pattern and nature of pain headache including place, time and interval between headaches.e. Headache onset.f. There prodomal symptoms or notg. . There accompanying symptoms.h. History of headaches in the family (especially important when a migraine).i. Situations that make headaches worse.j. There are allergic or not. Objective Dataa. Behavior: showing symptoms of stress, anxiety or pain.b. Changes in the ability to perform daily activities - day.c. There is anormal assessment of physical assessment system cranial nerve system.d. Body temperaturee. Drainage of the sinuses.In the assessment of headache, some important points to consider. Among them are:a. Localized headaches usually associated with migraine headaches or organic disorders.b. Thorough headache is usually caused by psychological causes or increased intracranial pressure.c. Migraine headaches can move from one side to another kesisi.d. Headache accompanied by increased intracranial pressure timbil usually when I wake up or the headache membengunkan patients from sleep.e. Sinus type headaches occur in the morning and the afternoon to get worse.f. Many headaches associated with stress conditions.g. The pain is dull, annoying, intensified and continued to exist, often occurs in headaches psikogenis.h. Organic materials that cause pain and its still getting bigger.i. Kapala migraine pain may accompany mentruasi.sakit head may be preceded eat foods containing monosodium glutamate, nitrates SODIM, tyramine as well as alcohol.j. Sleeping too long, fast, inhale toxic odors in the workplace limngkungan where insufficient ventilation can cause headaches.k. Oral contraceptives can aggravate migraines.l. Found each of the secondary headaches needs to be studied.


F. DIAGNOSTIC

 1. CT Scan, being easily accessible as an easy and safe way to find abnormalities in the central   nervous system.
2. MRI Scan, with the aim of detecting the condition of the brain and spinal cord pathology using a scanning technique with the power of magnets to create a shadow of the body structure.
3. Lumbar puncture, the cerebrospinal fluid to take the examination. It is not known to do when there is an increase in intracranial pressure and brain tumors, due to the sudden decrease in pressure due to CSF ​​collection.

CHEFALGIA


CHEFALGIA

A.      PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik        ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

B.       KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:
1.          Migren (dengan atau tanpa aura)
2.          Sakit kepal tegang
3.          Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4.          Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5.          Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6.          Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7.          Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8.          Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9.          Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10.     Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11.     Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau     struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12.     Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)


C.      PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Ø   Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
Ø   Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
Ø   Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
Ø   Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Ø   Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
Ø   Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
Ø   Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
Ø   Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.

D.      MANIFESTASI KLINIS
a.             Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
Ø   Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
Ø   Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
Ø   Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.

b.        Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.

c.         Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.

E.       PENGKAJIAN
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari sakit kepala.
v   Data Subyektif
a.         Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b.        Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c.         Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d.        Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala.
e.         Awal serangan sakit kepala.
f.         Ada gejala prodomal atau tidak
g.        .Ada gejala yang menyertai.
h.        Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i.          Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j.          Ada alergi atau tidak.

v   Data Obyektif
a.    Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b.    Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c.     Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d.     Suhu badan
e.     Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:
a.    Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik.
b.    Sakit kepala yang menyeluruh biasanya  disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
c.         Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
d.       Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
e.         Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f.         Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g.      Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis.
h.        Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i.    Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
j.          Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
k.        Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l.          Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.


F.       DIAGNOSTIK
1.         CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2.         MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
3.         Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.





G.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.         Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
2.         Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3.         Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.


H.      RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1.           Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
Intervensi:
a.         Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yang telah digunakan
b.        Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
c.         Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi atau trauma.
d.        Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.
e.         Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
f.         Evaluasi perilaku nyeri
g.   Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas, penurunan berat badan.
h.  Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi diri.
i.  Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga
j.          Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat
k.        Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
l.          Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
m.      Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
n.        Berikan kompres dingin pada kepala.
o.        Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
p.        Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
q.       Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
r.     Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif  “Saya sembuh, saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.
s.      Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai indikasi.

2.           Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi.
a.        Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat diajarkan.
b.        Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
c.      Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
d.        Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
e.   Berikan informasi mengenai penyebab sakit  kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan.
f.         Kolaborasi
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.

3.           Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
Intervensi ;
a.      Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.
b.     Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
c.     Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi
d.     Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan , makanan yang  dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.
e.        Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.
f.   Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-senang.
g. Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum.
h.        Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.
i.      Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan atau faktor presipitasinya.
j.          Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk
k.    Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang bukan terapi medis