BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
pengembangan dan peningkatan siswa diperlukan adanya suatu kegiatan terencana
yang bertujuan untuk melatih dan mendidik siswa sebagai pelajar dan warga
masyarakat yang terampil dan berkualitas. Kegiatan yang akan dilakukan oleh
sekolah kejuruan ini bertujuan untuk menunjang keberhasilan siswa pada akhir
semester empat.
Praktek industri (PI) adalah suatu
kegiatan kerja siswa pada suatu lokasi dan pada waktu tertentu. Dalam praktek
industri siswa dituntut agar lebih terampil dalam menghadapi ujian praktek yang
di peroleh di sekolah, dan siswa juga dituntut belajar dari pengalaman selama praktek industri di rumah
sakit umum daerah (RSUD) I.A MOEIS dan disesuaikan dengan waktu yang sudah
ditetapkan.
Tanpa adanya praktek industri sulit
bagi siswa untuk terjun atau melakukan langsung kedunia usaha maupun dunia
industri. Oleh karena itu siswa perlu menggali hal-hal yang baru dan
menggunakan ilmu yang didapat selama berada di bangku sekolah maupun tempat
industri.
B.
Tujuan
Praktek Industri (P.I)
Tujuan dari praktek industri ini adalah :
1. Mengembangkan
dan mengenali hal-hal yang baru di dunia usaha dan meningkatkan pengetahuan lebih banyak lagi, baik teori
maupun praktek yang diterima disekolah.
2. Member
kesempatan pada siswa untuk dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan kerja selama berada dirumah sakit.
3. Sebagai
bahan informasi, dan bahan perbandingan tentang ilmu pengetahuan yang didapat
disekolah dan selama praktek industri di Rumah Sakit Umum Daerah I.A MOEIS.
4. Mentapkan
sikap professional dan memberikan sikap terampil sebagai bekal untuk memasuki
lingkungan kerja / praktek.
C.
Tujuan Penulis Laporan Praktek
Industri (P.I)
Semua siswa menulis laporan hasil praktek industri ini dengan tujuan antara lain :
Semua siswa menulis laporan hasil praktek industri ini dengan tujuan antara lain :
1. Sebagai bentuk komunikasi dan
pengalaman tertulis untuk disampaikan kepada generasi penerus sekolah sekolah
SMK Purwajaya.
2. Sebagai bentuk percaya diri, kreatif,
serta disiplin dalam tugas yang diberikan selama praktek industri.
3. Sebagai bentuk tanggung jawab selama
melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan oleh sekolah dalam bentuk
laporan.
4. Sebagai salah satu syarat untuk uji
kompetensi produktif akhir tahun kedua pembelajaran.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah singkat berdirinya Rumah
Sakit Umum Daerah I.A MOEIS Samarinda
Sejak
berlakunya otonomi daerah pada awal tahun 2011 di Negara Kesatuan Republik
Indonesia memberikan dampak yang sangat besar terhadap keuangan daerah dan
pembangunan daerah serta pertumbuhan ekonomi, sejalan dengan semangat era
otonomi, pemerintah kota samarinda senantiasa mencari dan melakukan
langkah-langkah serta upaya-upaya dalam meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat sebagai wujud pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Atas dasar hal disusunlah
visi kota samarinda yaitu “Terwujudnya Kota Samarinda sebagai kota
jasa-industri, perdagangan, dan pemukiman yang berwawasan lingkungan”. Makna
yang terkandung dalam visi kota jasa-industri tersebut adalah pembangunan kota
di titik beratkan pada bidang transportasi, perhotelan, rekreasi, olahraga,
kesehatan, dan pendidikan yang jangkauan pelayanannya diharapkan mampu menempuh
sejauh mungkin di luas batas wilayah administrasi kota samarinda, tidak hanya
dalam lingkungan Kalimantan Timur dan wilayah Kalimantan tetapii juga sebagai
kawasan Timur Indonesia.
Salah satu bentuk nyata dari
pembangunan kota jasa yang di titik beratkan pada bidang pelayanan kesehatan
maka perlu langkah nyata dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas merata dan terjangkau oleh masyarakat, hal tersebut di wujudkan
oleh Pemerintah Kota Samarinda dalam bentuk pembangunan rumah sakit daerah yang
diberi nama RSUD I.A MOEIS Samarinda.
B. Pelayanan dan Penunjang di Rumah Sakit
Fasilitas
pelayanan dan penunjang di rumah sakit
1. Unit
Pelayanan UGD
2. Unit
Pelayanan OK
3. Unit
Pelayanan Kebidanan
4. Unit
Pelayanan Poliklinik
a. Poli
umum
b. Poli
bedah
c. Poli
mata dan THT
d. Poli
obgyn
e. Poli
penyakit dalam
f. Poli
penyakit kulit dan kelamin
g. Poli
anak
h. Poli
gigi
5. Unit
Pelayanan Ruang VIP
6. Unit
Pelayanan kelas 1,2,3
7. Unit
Pelayanan bangsal
8. Unti
Pelayanan ICU/CCU
9. Unit
Pelayanan Fisioterapi
10. Unti
Pelayanan Laboratorium
11. Unit
Pelayanan Radiologi
12. Unit
Pelayanan Farmasi
13. Unit
Pelayanan Bagian Gigi
14. Unit
Pelayanan Laundry
15. Unit
Pelayanan CSSD
BAB III
DASAR TEORI
A. Pengertian Konsep
Dasar Manusia (KDM)
Teori
Hierarki kebutuhan dasar manusia yang di kemukakan Abraham Maslow (dalam Potter Perry,1997) dapat di kembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia
sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis merupakan yang
paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologi seperi oksigen, cairan (minuman),
nutrisi (makan), keseimbangan, suhu badan , eliminas, tempat tinggal,
istirahat, dan tidur, serta kebutuhan seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan pelindungan
di bagi menjadi fisk dan perlindungan psikologis.
a. Perlindungan
fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atas hidup. Ancaman
tersebut dapat berupa penyakit. Kecelakaan, bahaya dari linhkungan, dan sebagainya.
b.
Pelindungan
psikologi, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing.
Misalnya, kekhawatiran yang di alami seseorang ketika masuk sekolah pertama
kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain
dan sebagainya.
3. Kebutuhan rasa cinta serta rasa
memiliki, antara lain member dan menerima kasih saying, terhadap kehangatan
keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok social, dan sebagainya.
4. Kebutuhan ajan harga diri maupun
perasaan di hargai oleh orang lain. Kebutuhan ini berkaitan dengan keinginan
untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, kemerdekaan
sendiri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang.
5. Kebutuhan aktualisasi, dari merupakan
kebutuhan tertinggi dalam Hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi
pada orang lain / lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
Kebutuh-kebutuhan tersebut dapat di
gambarkan sebagai suatu pyramid.
B.
Jenis-jenis Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM)
Adapun yang termasuk didalam Kebutuhan Dasar Manusia
antra lain sebagainya berikut:
1. Mengukur suhu tubuh
2. Menghitung
denyut nadi
3. Mengukur
tekanan darah
4. Menimbang
berat badan
5. Mengukur
tinggi badan
6. Menggosok
gigi
7. Memandikan
pasien dalam posisi berbaring
8. Membersihkan
mulut (ORAL HYGIENE)
9. Mencuci
rambut
10. Menyiapkan
tempat tidur terbuka
11. Menyiapkan
tempat tidur tertutup
12. Mengganti
alat tenun dengan pasien diatasnya
13. Mencuci
tangan biasa
14. Mencuci
tangan desinfektan
15. Memakai
handscoon steril
16. Mendesinfeksikan
alat tenun, kaca karet, logam/mencuci alat
17. Memindahkan
pasien dari tempat tidur ke kursi roda
18. Memindahkan
pasien dari tempat tidur ke brancar
19. Memiringkan
pasien
20. Memberi
posisi Fowler
21. Memberi
posisi Sim’s
22. Memberi
posisi Trendelenburg
23. Memberi
posisi anti Trendelenburg
24. Memberi
posisi Lithotomi
25. Memberi
posisi Genupektural
26. Memberi
posisi Dorsal Recumbent
27. Memberi
posisi Pronasi/Tengkurap
28. Melatih
rentang pergerakan sendi aktif/Room Aktif
29. Melatih
rentang pergerakan sendi pasif/Rom Pasif
30. Member
buli-buli panas
31. Memberi
kompres dingin
32. Perawatan
pasien terminal
33. Perawatan
jenazah
C.
Batasan teori
Dari 33 kompetensi kdm dalam laporan ini
penulis hanya mengambil/ membahas salah satu dari tindakan kdm tersebut. Adapun
yang penulis ambil dalam laporan ini adalah tindakan menghitung pernapasan/
respirasi
BAB IV
ISI
A. Menghitung Pernafasan
1.
Dasar Teori
Menghitung
pernafasan dilakukan selama 1 menit penuh. Nilai pemeriksaan pernafasan
merupakan salah satu funggsi system pernafasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru-paru dan pengaturan asam dan
basa
2. Tujuan
Tindakan
a.
Mengetahui frekuensi pernafasan, irama dan kedalaman
pernafasan
b.
Menilai kemampuan pernafasan
3. Alat dan bahan
a.
Jam tangan / stop watch
b.
Alat tulis
4. Prosedur kerja
a.
Jelaskan prosedur kepada pasien
- Cuci tangan efektif
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
- Menghitung pernafasan dengan memperhatikan gerakan pernafasan pada dada pasien ( menghitung dalam waktu 1 menit penuh)
- Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan
- Merapihkan pasien
- Membereskan alat
- Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
- Melakukan dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Bab V
Pembahasan
Pada peraturan
pekerjaan yang ada, bahwasanya terdapat perbedaan antara teori yang didapat di
sekolah dengan aplikasi di Rs mois yang terjadi, hal itu dapat menyebabkan
hasil dari pemeriksaan yang kurang akurat.
Seperti pada saat setiap melakukan
tindakan harus diawali dengan mencuci tangan dan di akhiri dengan mencuci
tangan pula. Misalnya di lapangan pada
saat pemeriksaan pernapasan perawat mengobservasi pasien atau klien dengan cara
tidak mencuci tangan pada saat memeriksa pasien yang lain atau melakukan
pemeriksaan secara kontinyu tanpa mencuci tangan. Adapun resiko yang dapat
terjadi yaitu pada pasien yang mempunyai penyakit menular seperti hepatitis B
yang dapat menular dengan melalui keringat, bila perawat tidak mencuci
tangannya setelah memeriksa satu pasien maka dapat menular ke perawat dan
pasien yang lain yang akan di periksa oleh perawat.
Adapun hal-hal tersebut dapat dicegah
dan diatasi dengan cara mencuci tangan hingga bersih setelah pemeriksaan kepada
pasien agar kuman dan bakteri yang ada di tubuh pasien tidak menempel di tangan
perawat dan tidak menularkan ke pasien-pasien yang lain.
Contoh yang kedua, pada saat pemeriksaan
pernapasan, perawat melakukan perhitungan dengan mempersingkat waktu yaitu
dengan cara 15 detik kemudian hasil perhitunga selama 15 detik di kalikan
dengan 4 sehingga di dapat waktu selama 1 menit. Adapun cara ini tidak sesuai
dengan teori yang ada yaitu menghitung pernapasan dengan waktu 1 menit penuh.
Apabila yang di lakukan dengan perhitungan cara mempersingkat waktu, dapat
dipakai hanya pasien yang pernapasannya normal dan tidak dapat di pakai pada
pasien yang mempunyai pernapasan yang irregular (tidak beraturan).
Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi
hasil yang akan di dapat, karena apabila mempersingkat waktu pada pasien yang
mempunyai pernapasan yang irregular maka hasil yang di dapat tidak akurat.
Contoh
yang ketiga, pada saat memeriksa pernapasan perawat tidak mendengarkan atau
mengabaikan irama, bunyi, dan kedalaman pernapasan. Dimana hal tersebut
bersimpangan dengan teori yang ada. Yang mana pada saat pemeriksaan pernapasan
harus memperhatikan irama, bunyi, dan kedalaman pernapasan. Di karenakan Irama,
bunyi, dan kedalaman pernapasan
merupakan hal yang penting dapat mengetahui adanya penyakit lain yang diderita
oleh pasien.
Contoh
yang keempat, pada saat pemeriksaan, perawat tidak merapikan keadaan pasien
sebelum dan sesudah pemeriksaan dimana pasien dalam keadaan tidak nyaman.
Seharusnya, sebelum melakukan pemeriksaan perawat di tuntut untuk membersihkan
atau merapikan keadaan pasien. Misalnya, pasien yang belum mandi selama dia berada
di rumah sakit, sehingga perlu di rapikan atau dibersihkan terlebih dahulu
sebelum pemeriksaan agar pasien merasa nyaman pada saat pemeriksaan. Pada saat
sesudah pemeriksaan perawat di anjurkan untuk merapikan atau membersihkan
pasien agar pasien tetap merasa nyaman setelah dilakukan pemeriksaan.
Setelah pemeriksaan selesai,
perawat membersihkan dan membereskan alat-alat yang telah digunkan agar alat
tetap dalam keadaan bersih dan rapi. Contoh terakhir setelah pemeriksaan
selesai, perawat melakukan dokumentasi agar dokter dapat menganalisa atau
mengetahui hasil dari pemeriksaan yang telah di lakukan oleh perawat.
Contoh yang kelima,yaitu teknik
cara mengukur penafasan,menghitung pernafasan bisa juga dilakukan pada saat
mengukur tanda-tanda vital tanpa diketahui oleh pasien.kalau kita sedang
menghitung pernafasan pasien dan cara menghitung pernafasan sama persis seperti
menghitung denyut nadi.
Bab VI
PENDAHULUAN
TBC (TUBERCULOSIS)
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun
yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam
yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi. Penyakit TB
paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti:
pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda,
laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya,
Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah
negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang
dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi
TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan
Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka
insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000
penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TBC dimana
sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan
rumah sakit atau klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum
terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan
175.000 per tahun. Penyakit TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
besar karena TB merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia.
Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus walaupun
pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah
jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resistendan TBC akan sulit untuk
disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama maka butuh keterlibatan
anggota keluarga untuk mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat. Dukungan
keluarga penderita sangat dibutuhkan untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar
tercapai kesembuhan
Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan, kasus kambuh dan
kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang disiplinnya pasien
dalam minum obat maka penulis berkeinginan untuk melakukan asuhan keperawatan
keluarga dengan TBC.
A.
Pengertian
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam
yang ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi.
Mycobacterium tuberculosis
merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ
tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini
biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh
termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya
terjadi 2-10 minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh. Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
B.
Tanda dan gejala
1.
Tanda
a.
Penurunan berat badan
b.
Anoreksia
c.
Dispneu
d.
Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning
2.
Gejala
a.
Demam
Biasanya menyerupai
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita
dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
b.
Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif
(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
c.
Sesak Nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
d.
Nyeri Dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan
pleuritis)
e.
Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun,
sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam.
C. Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium
tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat
dan sensitive terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai
penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.
Penyebabnya adalah kuman Mycobacterium tuberculosa.
Sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal
0,3-0,6 /mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid
ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
bertahan-tahan dalam lemari es).
D. Pathofisiologi
Pada tuberculosis, basil
tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-paru
meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di
sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel.
Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk
ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya
luas total permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas
difusi paru secara progresif dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam
paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.
Penularan penyakit ini disebabkan karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang
terinfeksi kuman tuberculosis, anak-anak sering mendapatkan penularan dari
orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti
kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab
inilah masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis
tuberculosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak
batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan
untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue.
F.
Penatalaksanaan dan Pengobatan
1.
Aktivitas Bakteriosid
Disini
obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih
aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut
membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil
yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
2.
Aktivitas Sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh
kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas
sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan. Dalam
pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja.
Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk
mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilakukan dengan
memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan dua macam obat yang bersifat
bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal
dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap dua macam obat atau
lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH (Isoniazid).
3.
Jenis-jenis obat yang dipakai:
a.
Obat-obat primer:
1)Isoniazid (INH)
2) Rifampicin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
b.
Obat-obat skunder
Etionamid
Protionamid
Sikloserin
Kanamisin
P.A.S.A (Para Amino
Salicylic Acid)
Tiasetazon
Viomisin
Kapreomisin
Obat
|
Dosis harian
(mg/kgbb/hari) |
Dosis 2x/minggu
(mg/kgbb/hari) |
Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari) |
INH
|
5-15 (maks 300 mg)
|
15-40
(maks.
900 mg)
|
15- 40 (maks. 900 mg)
|
Rifampisin
|
10-20
(maks.
600 mg)
|
10-20
(maks.
600 mg)
|
15-20 (maks. 600 mg)
|
Pirazinamid
|
15-40
(maks. 2 g)
|
50-70
(maks. 4 g)
|
15-30 (maks. 3 g)
|
Etambutol
|
15-25 (maks. 2,5 g)
|
50
(maks. 2,5 g)
|
15-25 (maks. 2,5 g)
|
Streptomisin
|
15-40
(maks. 1 g)
|
25-40
(maks. 1,5 g)
|
25-40 (maks. 1,5 g)
|
9. Penatalaksanaan
a.
Farmakologi
Terdapat
2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut:
- Aktivitas bakterisid
Disini
obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih
aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut
membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil
yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
- Aktivitas sterilisasi
Disini
obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya
kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah
pengobatan dihentikan.
Pengobatan
penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan
dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah
terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai
perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid.
Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan
karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola
resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
Adapun
jenis obat yang dipakai adalah sebagai berikut :
-
Obat
Primer
- Obat Sekunder
1.
Isoniazid
(H)
1. Ekonamid
2.
Rifampisin
(R)
2. Protionamid
3.
Pirazinamid
(Z)
3. Sikloserin
4.
Streptomisin
4. Kanamisin
5.
Etambutol
(E)
5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6.
Tiasetazon
7.
Viomisin
8.
Kapreomisin
Pengobatan
TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
Tahap INTENSIF
Penderita
mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya
kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi
negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab
intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
PRAKTIK INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
PURWAJAYA LOA JANAN
JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN
2012/2013
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada
Tanggal : 25 Juni 2012
Jam : 16.00
I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
Nama Klien : Tn. T
Usia : 62 tahun
Status
Perkawinan : Sudah menikah
Agama : islam
Suku / Bangsa : kutai/indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kampung Tanjung Laong, Kukar
Masuk Rumah Sakit ( Tanggal / jam ) : 23/06/2012 / 20.25 WITA
No. Registrasi : 063644
Diagnosa Medis : TBC ( Tuberculosis )
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1.
Keluhan
Utama :
A. Saat Masuk ( tanggal 23-06-2012 ) : Ps. Mengatakan nafasnya sesak dan dadanya
sakit
B.
Saat
Mengkaji ( tanggal 25-06-2012 ) :
Ps. Mengatakan kalau susah bernafas, dada terasa sesak, badan lemas, pusing,
mual, muntah.
2.
Riwayat
Penyakit Sekarang : Sesak dirasakan 1 minggu yang lalu.
3.
Riwayat
Penyakit dahulu : Ps. Mengatakan pernah menderita penyakit seperti ini satu
tahun yang lalu
4.
Riwayat
Penyakit Keluarga : Ps. Mengatakan dari keluarga tidak ada yang mengalami sakit
seperti ini.
5.
Genogram
Keluarga :
Keterangan :
:
Laki-laki
:
Perempuan
:
Meninggal
:
Pasien
C.
Data
Psiko – Sosial, Ekonomi
·
Psiko
: Pasien adalah orang yang penyabar dan ramah.
·
Sosial
: Pasien adalah orang yang mudah bergaul dengan orang lain dengan keluarga yang
sangat dekat dapat dilihat dari banyaknya keluarga yang menjenguk pasien.
·
Ekonomi
:Klien dan keluarga orang yang berekonomi menengah.
D.
Data
Spiritual: Sebelum sakit pasien adalah orang yang taat beribadah, selama sakit
ps jarang beribadah di karenakan nafasnya yang sesak.
E.
Pola
Kebiasaan Sehari-hari
1.
Nutrisi
:
b.
Di
rumah : Pasien biasa makan 2 kali sehari dengan porsi makan biasa ( nasi, ikan,
sayuran) dan diselingi minum air putih
dan teh, porsi selalu dihabiskan.
c.
Di rumah sakit : Pasien makan-makanan yang
diperoleh di rumah sakit dan di selingi minum air putih dan teh, porsi yang di
sajikan habis separuhnya saja.
2.
Eliminasi
Alvi dan urine ( Di rumah dan di
rumah sakit )
Di rumah : Sebelum sakit pasien BAB
rutin satu kali sehari (warna kuning dan konsistensilunak)
Di rumah sakit : Sering BAB ( kuning
dan encer).
3.
Istirahat
dan tidur :
a.
Di
rumah : Pasien biasa tidur dari pukul 22.00 sampai 06.00 pagi, siang dari pukul
13.00 sampai 17.00 sore (jika tidak radang).
b.
Di
rumah sakit : Pasien susah tidur karena kondisi penyakitnya yaitu sesak nafas (
sulit waktu tidur).
4.
Aktivitas dan gerak :
a.
Di
rumah : Pasien biasa beraktifitas keladang setiap hari.
b. Di rumah sakit : Pasien hanya terbaring di
tempat tidur.
5. Personal Hygiene :
a.
Di
rumah : Klien biasa mandi, gosok gigi, dan ganti pakaian 2 kali sehari.
b.
Di
rumah sakit : Klien tidak bisa melakukan aktifitas kekamar mandi karena
kondisinya.
F.
Pemeriksaan
Fisik ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi,
Auskultasi )
1.
Keadaan
Umum :
a.
Kesadaran ( GCS ) : 15 E= 4 V= 5 M= 6
b. Tinggi Badan : 165 cm
c.
Berat badan : 50 kg sebelum sakit : 65 kg
2.
Tanda
–tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg Nadi : 95 x/menit Suhu Badan : 36 °C
RR : 26 x/menit :
3.
Kepala
:
a.
Rambut
: Hitam penyebaran merata, agak berubah kasar lurus.
b.
Kulit
kepala : kotor tidak ada lesi.
c.
Wajah
: Simetris dan oval, ekspresi (seperti menahan sakit)
d.
Mata
: konjungtiva (tidak ada pembengkakkan), palpebra (, skelera (, pupil(
e.
Mulut
:Bersih, mukosa lembab, halitosis, gigi caries, plak gigi, lidah bersih
f.
Bibir
: Simetris, antara atas dan bawah tidak ada stomatitis.
g.
Hidung
: Simetris tanpa kotoran pada kedua lubang terpasang oksigen 3 lpm, dapat
membedakan bau-bauan, o2 dapat keluar masuk lewat kedua lubang hidung pada saat
inspirasi maupun ekspirasi
h.
Telinga
:Letak simetris sama besar antara kanan dan kiri, serumen, tidak ada masalah
pendengaran
4.
Leher
: tidak adanya pembengkakan di kelenjer tiroid, tidak ada pembesaran vena
dugularis, tidak ada nyeri tekan maupun nyeri telan
5.
Dada
: inspeksi ( dada simetris, menggunakan otot bantu napas), auskultasi ( tidak
ada wheezing, tidak ada ronchi, suara napas bronchovasiculer, suara jantung s1
dan s2 ), plapasi ( tidak ada nyeri tekan dan tidak ada tulang yang patah ),
perkusi ( adanya bunyi redup disebelah kiri karna ada jantung, tidak ada bunyi
pekak )
6.
Abdomen
: inspeksi ( perut simestri, agak membuncit tidak ada lesi ), auskultasi (
terdengar bising usus 2 kali permenit dan tidak ada peristaltiknya) , plapasi (tidak
ada nyeri tekan), perkusi ( suara tidak hipersonor, tidak pekak )
7.
Genetalia : tidak pasang selang kateter, agak kotor, testis simestris, kelainan tidak ada.
8.
Tungkai : 4
4
9.
Punggung : tidak ada luka decubitus
10.
Lengan :
4 4
11.
Kulit
: warna sawo matang, kering dan kasar,
turgor, tidak lebih dari 1 menit bila kulit di cubit.
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG :
1.
Laboratorium
: = HB = 13,6 gr%
Leokosit :15.100
Hematokrit:43
Trombosit:183000
GDS:175 mg/dl
Ureum:150
mg/dl
Kreatinin:4,2 mg/dl
SGOT:495
SGPT:455
Ck-mb:33
2.
Rontgen
:
3.
EKG
:
4.
EEG
:
5.
Endoskopi
:
6.
ECHO
:
7.
Lain
– lain :
Penatalaksanaan Terapi / Diet :
-
RL
10 tpm
-
Farsix
1 ampul / 12 jam
-
Farmasal
100 mg 0-1-0
-
Farsorbid
5 mg 2x1 tablet
-
Toni
gard 0-10
-
Hepabalance
2x1 tablet
-
Rendah
protein dan rendah gara
II. Data fokus
:
A.
Data
Subyektif :
-
Pasien
mengatakan susah bernafas.
-
Pasien
mengatakan nafasnya sesak.
-
Pasien
mengatakan dadanya terasanya nyeri.
-
Pasien
mengatakan badanya lemes.
-
Pasien
mengatakan mual.
-
Pasie
mengatakan perutnya terasa nyeri.
-
Pasien
mengatakan kepalanya pusing.
-
Pasien
mengatakan kalau sudah 2 hari tidak mandi.
-
Pasien mengatakan kalau jalan terasa sesak
nafasnya.
-
Pasien
mengatakan kalau sering batuk.
-
B.
Data
Obyektif :
-
Pasien
tampak gelisah.
-
Terpasang
selang oksigen 3 lpm.
-
Pasien
tampak lesuh dan kusam.
-
Tercium
aroma tdk sedap dari mulut dan badan pasien.
-
Tampak
kotoran di lipatan leher dan tungkai
-
Kulit
kusam dan kasar pasien tampak berbaring di tempat tidur.
-
Terdengar bunyi ronchi disemua lepang paru
kanan dan kiri
III. Analisa Data
PENGELOMPOKAN DATA
|
MASALAH
|
PENYEBAB
|
1.1 Ds: - pasien mengatakan nafasnya sesak.
-pasien
mengatakan kalau sering batuk.
-pasien
mengatakan kalau dadanya sakit.
Do:
-terpasang o2 3 lpm.
-terdengar
bunyi ronchi di semua lapang paru kanan dan kiri.
1.2 Ds:- pasien mengatakan badanya lemas.
Do:
-pasien terlihat baring ditempat tidur.
-
1.3. Ds: -
-pasien
mengatakan kalau sudah 2 hari tidak mandi.
Do: -
-pasien
tampak kusam dan kusuh.
1.4 Ds
:
-
pasien mengatakan nyeri didada
Do:
-
wajah pasien tampak meringis
-skala
nyeri 5
1.5 Ds
:
Pasien
mengatakan tidak menghabiskan makanan yang diberikan dari rumah sakit
Do :
-bb
sebelum sakit 65 kg
Bb
setelah sakit 50 kg
-makan
3 kali sehari pasien tidak menghabiskan
makanannya.
-
|
bersihan jalan nafas tidak efektif.
Intoleran aktifitas.
defisit perawatan diri
Nyeri
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
|
Peningkatan produksi sputum
Fatigue/ kelemahan
Kelemahan
Iritasi
jalan nafas
Intake
yang tidak adekuat
|
IV. DIAGNOSA
KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS :
1. bersiahan
jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan Produksi sputum
2. Nyeri
pada dada b.d iritasi jalan napas.
3. Kurangnya
nutrisi b.d karena jarangya
menghabiskan porsi makan.
4. Intoleran
aktifitas b.d ketidak seimbangan antara suplai kebutuhan oksigen ; tirah
baring.
5. Defisit
perawatan diri b.d intoleran aktifitas ; tirah baring.
V. RENVPRA
TGL/JAM
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA TINDAKAN
|
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
||
25-06-2012
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
|
Setelah
dilakukan tindkan keperawatan dalam waktu 3x24 jam masalah Bersihan jalan
nafas efektif teratasi/ berkurang dengan kriteria hasil:
1.1.
RR 16-24x/menit.
1.2.
Suara nafas abnormal minimal
1.3.
Tidak ada sianosis
1.4.
Tidak menggunakan alat bantu nafas
|
1.1
Auskaltasi pernafasan : Suara nafas, frekuensi dan
kedalaman.
1.2
Monitor : adanya sianosis/ pucat
1.3.
Monitor ekspansi pengembangan dada
1.4.
Jelaskkan penyebab kesulitan bernafas
1.5.
Posisi tidur semi fowler untuk memudahkan
1.6.
ekspansi pengembangan dada.
1.7.
.Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
1.8. Ajakan dan dukung pasien untuk nafas dalam
dan batuk efektif.
1.9. Berikan minum air hangat.
1.10.
Kolaborasi berikan oksigen sesuai indikasi.
|
26-06-2012
|
Nyeri
pada dada b.d iritasi pada jalan nafas
|
Nyeri di bagian
dada pasien hilang atau berkurang kriteria hasil :
4.1
Pasien tidak
mengeluh nyeri.
4.2
Pasien merasa nyaman dengan tidak batuk
|
4.1 Memberikan obat yang dianjurkan atau yang
diresepkan oleh dokter.
|
26-06-2012
|
Kurangnya
nutrisi b.d karena jarangnya
menghabiskan porsi makan
|
Nutrisi pada pasien tercukupi kriteria hasil :
5.1 Pasien tidak merasa lemas karena kurang nutrisi
5.2 Mempercepat kesembuahan
|
5.1 berkolaborasi dengan pasien agar pasien dapat
menghabiskan makan tersebut.
5.2 Memotivasi untuk menghabiskan makanannya.
5.3 Berkolaborasi dengan keluarga untuk membawakan
makanan kesukaannya.
|
Intoleran
aktifitas b.d fatigue/ kelemahan
|
Setelah
dilakukanPasien menunjukkan toleransi
terhadap aktifitas dalam 3 hari dengan kriteria hasil:
2.1.
tidak ada keluhan
2.2.
pasien dapat melakukan aktifitas rutin.
2.3
pasien segar.
|
2.1
Diskusikan bersama pasien tentang kegiatan yang diperlukan.
2.2
Identifikasi aktifitas yang memicu kelelahan.
2,3
CIptakan lingkungan yang tenang.
2.4
Batasi jumlah pengunjung.
2.5
Observasi tanda vital sebelum dan sesudah aktifitas
2.6
Gunakan alat mandi yang sesuai dengan kondisi pasien.
2.7
Tingkatkan mobilisasi secara bertahap
2.8 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
2.9 Kolaborasi dengan Bagian gizi untuk diet yang
sesuai
|
|
26-06-2012
|
Devisit
perwatan diri b.d intoleran aktifitas tirah
baring
|
Kebersihan
diri pasien meningkat kriteria hasil:
3.1
Pasien tampak segar.
3.2
Tidak kecium aroma yang tdak sedap
3.3
rambut pasien tidak kucel
3.4
gigi paqsien tampak bersih tidak ada halitosis
3.5
badan klien tampak berasih
.
|
3.1
Kaji tingkat kebersihan dari pasien.
3.2
Bantu pasien dalam melakukan aktifitas kebersihan diri.
3.3
Bantu pasien atau anjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri.
3.4
Kolaborasi untuk masalah ketidak mampuan beraktifitas.
3.5
Menganjurkan pasien untuk makan makanan yang bergizi.
|
NO
|
HARI/TGL/JAM
|
TINDAKAN
|
EVALUASI
|
1.
|
25-06-2012
|
1.1.
Mengauskultasi
pernafasan: suara, frekuensi dan kedalaman.
1.2.
Memonitor adanya sianosis.
1.3.
Mengajarkan latihan bernafas dalam batuk efektif.
1.4.
Berkolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai
indikasi.
|
1.1.
Tidak adanya bunyi ronchi lagi dan kedalaman nafas
mulai terartur.
1.2.
Tidak ada sianosis.
1.3.
Pasien mengatakan batuknya sudah mulai berkurang.
1.4.
Oksigen 3 Lpm.
|
2.
|
26-06-2012
|
2.1.Membantu
pasien dalam melakuakan aktifitas kebersihan diri.
2.2.
Mengobservasi tanda-tanda vital sesudah aktifitas.
|
2.1.
Pasien mengatakan badanya agak segar.
2.2.
TTV: TD: 110/70 mmHg
ND: 88x/mnit
RR: 25x/mnit
T: 36.5
|
3.
|
27-06-2012
|
Membantu
pasien untuk melakukan aktifitas.
|
Pasien
bisa melakukan aktifitas hanya sedikit saja.
|
4.
|
28-06-2012
|
Memberi
dorongan ke pasien untuk beraktifitas
dan berdiri .
|
Pasien
sekarang sudah bisa berjalan dan sesak yang dirasakan oleh pasien sudah tidak
kambuh lagi.
|
5
|
28-06-2012
|
Berkolaborasi
dengan dokter untuk memberikan terapi pada pasien
|
Pasien
sekararang tidak merasakan nyeri pada dada lagi dan pasien dapat bernafas
secara teratur atau normal.
|
NO
|
HARI/TGL/JAM
|
DIAGNOSIS
|
SOAP
|
1
|
28-06-2012
|
Bersihan
jalan napas tidak efektif b/d batuk tidak efektif.
|
S : Ps. Mengatakan sesaknya berkurang
O
: Tidak ada tanda-tanda sianosis o2 3lpm.
A
: Masalah terselesai sebagian
P
: Lanjutkan intervens 1.7-1.10
|
2
|
26-06-2012
|
Intoleran
aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai kebutuhan oksigen.
|
S : Pasien mengatakan sesaknya kambuh
O
: Td : 100/70 mmhg RR
: 30 kali/mnt
N
: 90 kali/menit
T : 36,5 ℃
Pasien gelisah
A
: Masalah teratasi sebagian
P
: lanjutkan intervensi
|
3
|
27-06-2012
|
Defisit
perawatan diri b/d intoleran aktifitas.
|
S
: Pasien mengatakan badannya agak segar dan bisa melakukan aktifitas
sedikit demi sedikit.
O : Pasien tampak segar
A : Masalah terselesaikan
P : Intervensi di hentikan
|
4
|
28-06-2012
|
Nyeri pada dada b/d seringnya
batuk
|
S : Pasien mengatakan sesaknya berkurang dan
dada masih terasa nyeri.
O
: Terpasang O2 3lpm. Pasien merasa tenang.
A
: Masalah teratasi.
P
: lanjutkan intervensi.
|
5
|
28-06-2012
|
Kurangnya nutrisi b/d jatangnya
menghabiskan porsi makan.
|
S : Pasien mengatakan tidak nafsu
makan.
O : Porsi makanan tidak di habiskan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkian intervensi
|
No comments:
Post a Comment