HIPERTENSI
A. Konsep dasar Hipertensi
1. Pengertian
- Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana tekanan sistolik lebih dari 160
mmHg dan
tekanandiastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 1978)
-
Hipertensi adalah suatu
kondisi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg, dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg ( American Heart Association & Patologi FKUI serta
Medical Surgical Nursing, Donna D. Ignatavisius, et all 1991 : 2195 ).
2.
Klasifikasi
a.
Berdasarkan tekanan sistolik
-
<140 mmHg, normal.
-
140-159 mmHg, Hipertensi Borderline.
-
>160 mmHg, Hipertensi Sistolik terisolasi.
b.
Berdasarkan tekanan diastolik
-
90-105 mmHg, Hipertensi
Ringan/Mild Hipertension.
-
105-114 mmHg, Hipertensi Sedang/Moderate Hipertension.
-
>115 mmHg, Hipertensi Berat/Severe Hipertension.
3. Penyebab/Etiologi
Timbulnya
hipertensi sering disertai dengan adanya fenomena-fenomena : penurunan
kekenyalan dinding arteri, peningkatan resistensi perifer atau fenomena yang
menyebabkan hipervolemia. Apabila penyebab khusus timbulnya gangguan tidak bisa
ditemukan, dikelompokkan sebagai hipertensi primer sedangkan hipertensi yang
disebabkan adanya gangguan organik dikelompokkan sebagai hipertensi sekunder.
Faktor resiko dari hipertensi yaitu, Obesitas, Diabetus Mellitus, Perokok
berat, Hiperkolesterolemi, Stress, Kegiatan jasamani dan Ras.
Secara umum
penyebab dari hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Hipertensi
primer (esensial).
Dari kebanyakan hipertensi, kurang lebih 90% tidak diketahui penyebabnya
(hipertensi primer). Disangka bahwa faktor-faktor : keturunan, hormonal,
metabolik, emosional, kebiasaan dan lain-lain melalui syaraf vegetatif
berpengaruh terhadap timbulnya ketegangan otot polos dalam dinding pembuluh
darah. Oleh karena itu akan meningkatkan tahanan terhadap aliran darah dalam
arteri akan menyebabkan tekanan darah sistemik, sehingga menyebabkan gangguan
fungsi ginjal dan gangguan fungsi ginjal ini akan meningkatkan tekanan darah
lagi. Dengan meningkatnya tekanan darah akan menegangkan dinding pembuluh darah
sehingga dindingnya semakin tebal dan rongganya semakin sempit. Meningkatnya
tahanan aliran darah dan meningkatnya aliran darah adalah pengaruh timbal balik
serta berpengaruh terhadap terjadinya arteriosclerosis.
b. Hipertensi
Sekunder.
Berikut ini akan diuraikan
timbulnya hipertensi sekunder berdasarkan penyebabnya :
1). Koartasio
Aorta.
Koartasio Aorta
: adalah penyempitan lumen aorta yang diakibatkan adanya perlengketan antara
arkus aorta dengan aorta desenden.
Dengan adanya
penyempitan aorta tersebut maka aliran darah ke ginjal menurun, akibatnya
ginjal mensekresi renin é hepar mensekresi
angiotensin I é paru-paru me ngeluarkan angiotensin II sehinga korteks
adrenal mensekresi aldosteron. Dengan peninggian aldosteron dalam darah maka
terjadi retensi natrium sehingga terjadi hipervolemi dan akhirnya menyebabkan
hipertensi.
2).
Pheochromocytoma
Pheochromocytoma
merupakan tumor pada medulla adrenal. Dengan adanya pertumbuhan tumor tersebut
akan merangsang sistim syaraf simpatis untuk mensekresi katekolamin maka
aktifitas vaskuler juga meningkat é
terjadi fase konstriksi é mengakibatkan
hipertensi.
3).
Aldosteronisme primer
Peningkatan
aldosteron dapat terjadi pada sindroma conn’s, hiperplasia kelenjar adrenal,
atau idiopatik hiperaldosteronisme. Dengan adanya peningkatan aldosteron
mengakibatkan retensi natrium sehingga terjadi hipervolemia akhirnya
menyebabkan hipertensi.
4).
Hipertensi renal
Beberapa gangguan ginjal yang
dapat ditemukan adanya hipertensi antara lain : GNA, GNC, Pyelonepritis, kista
atau tumor ginjal. Dengan adanya gangguan ginjal tersebut dapat menimbulkan
retensi cairan, peningkatan renin – angiotensin – aldosteron atau penumpukan
vasopresin. Akhirnya kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.
5). Cushing
Sindrome
Pada Cushing
Sindrome terdapat produksi kortisol (glukokortikoid) yang berlebihan. Kondisi
tersebut dapat terjadi pada cushing sindrome, carsinoma corteks adrenal atau terapi kortikosteroid jangka
panjang. Dengan adanya peningkatan glukokortikoid tersebut mengakibatkan
terjadinya retensi natrium sehingga terjadi hipervolemia yang menyebabkan
hipertensi.
6). Stenosis
Arteri Renalis
Stenosis arteri
dapat terjadi pada arteriosclerosis atau fibromuskuler hiperplasi. Dengan
adanya stenosis pada arteri ginjal akan mengakibatkan iskemia ginjal sehingga
terjadi renovaskuler hipertenision. Akibat renovaskuler hipertension, renin
akan meningkat é yang akhirnya
menyebabkan hipertensi.
7). Toksemia
Gravidarum.
Toksemia
gravidarum biasanya timbul pada akhir kehamilan. Pada keadaan ini timbul
/terjadi uteroplasenta hipoperfusi. Akibatnya terjadi degenerasi troboplastin
dan disertai penigkatan renin uterin. Kemudian troboplastin dilepaskan yang
mengakibatkan fibrin dan fibrinogen menumpuk didalam glomerolus, sehingga
terjadi proteinuria dan penurunan filtrasi glomerolus. Keadan tersebut
menyebabkan retensi natrium dan volume cairan yang akhirnya menyebabkan
hipertensi.
4.Patofisiologi
5. Penatalaksanaan Hipertensi.
a. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa hal yang perlu dilakukan
sebelum terapi anatara lain :
1). Anamnese riwayat sosial dan
keluarganya.
2). Pemeriksaan klinik, termasuk
dalam pemeriksaan retina,nadi, auskultasi.
3). Elektro Kardiografi, foto
thorak, IVP.
4). Glucose Tolerans Test,
“Creatinin Clearance”
5). Test tekanan darah .
b. Pengobatan Hipertensi
1). Menurunkan
berat badan pada penderita gemuk.
2). Diet rendah
garam dan rendah lemak.
3). Merubah
kebiasaan jelek.
4). Olah raga
secara teratur.
5). Kontrol
tekanan darah secara teratur.
6). Obat-obatan
anti hipertensi anatara lain :
- Diuretika : HCT, Higroton, Lasix.
- Beta
Bloker : Propanolol (Inderal)
- Alfa
Bloker : Phentolamin, prozazine
(minipres)
-
Simphatolitik : Catapres,
reserpin.
-
Vasodilator : Hidralazine,
Diazoxide, Nitruprusside, Captopril.
- Ca
Antagonis : Nifedipine (Adalat).
B. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah bantuan,
bimbingan, penyuluhan, pengawasan, atau perlindungan yang diberikan oleh
seorang perawat untuk kebutuhan klien.Asuhan keperawatan merupakan faktor
penting dalam survival klien dan dalam aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan
preventif perawatan kesehatan.(Doenges, cetakan 1 : 2000).Pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan hipertensi dilaksanakan dengan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Pendekatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
klien yang meliputi : kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual dalam upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi.
1. Pengkajian.
Pengkajian merupakan dasar utama atau
langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua
data /informasi tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan.(Laode Jumadi Gaffar,S.Kp.1997).
.
Pengkajian dilakukan secara langsung maupun tidak langsung melalui :
observasi keadaan umum klien, wawancara (tanya jawab) dengan klien dan
keluarganya, pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung kaki, dengan teknik :
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. .
Pengkajian klien hipertensi
menurut (Doenges, 2000) adalah sebagai berikut :
a.
Aktivitas/Istirahat.
-
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya
hidup monoton.
-
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi.
-
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi,
perspirasi
-
Tanda :
Kenaikan Tekanan Darah, Hipotensi postural, Nadi denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialais, perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat
sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis
posterior, pedalis tidak teraba. Denyut apikal : PMI kemungkinan bergeser dan
atau sangat kuat.Frekuensi/irama : Takikardi, berbagai disritmia. Bunyi jantung
: terdengar S2 pada dasar ;S3 (CHF dini); S4 (pengerasan ventrikel
kiri/hipertrofy ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Denyutan vaskular
terdengar diatas karotis, femoralis, atau diatas epigastrium (stenosis arteri).
DVJ [distensi vena jugularis] (kongesti vena). Ekstremitas : perubahan warna
kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer); pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda (vasokonstriksi). Kulit pucat, sianosis, dan diaforesis
(kongesti, hipoksemia); kemerahan (feokromositoma).
c. Integritas
ego.
-
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian,
ansietas, depresi, euforia, atau marah kronik (dapat mengidikasikan kerusakan
serebral). Faktor-faktor stres multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan
dengan pekerjaan).
-
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah,
penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi.
-
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
(spt.,infeksi/obstruksi).
e.
Makanan/Cairan.
-
Gejala : Makanan yang disukai, mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol. Mual, muntah. Perubahan berat
badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun).Riwayat penggunaan diuretik.
-
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya
edema; kongesti vena, DVJ; glikosuria (hampir 10% klien hipertensi adalah
diabetik).
f.
Neurosensori.
-
Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit
kepala suboksipital (terjadi pada saat bangun dan menghilang secara spontan
setelah beberapa jam). Episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
-
Tanda : Status mental: Perubahan keterjagaan,
orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan).Respon
motorik: Penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refleks tendon dalam.
Perubahan-perubahan retinal optik: Dari sklerosis/penyempitan arteri ringan
sampai berat dan perubahab sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan
hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
g.
Nyeri/Ketidaknyamanan.
-Gejala
: Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul
pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen /massa (feokromositoma).
h.
Pernapasan.
-
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan
aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal. Batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok.
-
Tanda : Distres respirasi/penggunaan otot
aksesoris pernapasan. Bunyi napas tambahan (krakles/mengi). Sianosis.
i. Keamanan.
-
Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan.
Episode parestesia unilateral transien. Hipotensi postural.
j.
Pembelajaran/Penyuluhan.
-
Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga:
Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantrung, diabetus mellitus, penyakit
serebrovaskuler/ginjal.Faktor-faktor resiko etnik. Penggunaan pil KB atau
hormon lain; penggunaan obat/alkohol.
k.
Pemeriksaan diagnostik.
-
Hemoglobin/hematokrit: Bukan diagnostik tetapi
mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
-
BUN/kreatinin: Memberikan informasi tentang
perfusi/fungsi ginjal.
-
Glukosa: Hiperglikemia (diabetes mellitus
adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
-
Kalium serum: Hipokalemia dapat mengindikasikan
adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
-
Kolesterol dan trigeliserida serum: Peningkatan
kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler).
-
Pemeriksan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
-
Kadar aldosteron urin/serum: Untuk mengkaji
aldosteronisme primer (penyebab).
-
Urinalisa: Darah, protein, glukosa
mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.
-
VMA urin (metabolit katekolamin): Kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat
dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
-
Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi
sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
-
Steroid urin: Kenaikan dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi pituitari, sindrom cushing’s;
kadar renin dapat juga meningkat.
-
IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi,
seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter.
-
Foto dada: Dapat menunjukkan obstruksi
kalsifikasi pada area katup; deposit pada dan/atau takik aorta; perbesaran
jantung.
-
CT skan: Mengkaji tumor serebral, CSV,
ensefalopati. atau feokromositoma.
-
EKG: Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola
regangan, gangguan konduksi. Catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung dan hipertensi.
2. Diagnosa
Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah penilaian
klinis tentang respons aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. (Carpenito, 1995).
.
Diagnosa keperawatan pada hipertensi
menurut Marilyn E. Doenges 2000 adalah
sebagai berikut :
- Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler.
- Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan anatara suplai dan kebutuhan oksigen. .
- Gangguan rasa nyaman, nyeri (sakit kepala) b.d. peningkatan tekanan vaskular serebral. .
- Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
- Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olah raga, nutrisi buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode koping tidak efektif.
- Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit dan rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif, mernyangkal diagnosa. .
3. Perencanaan.
Perencanaan yaitu tahapan dari proses keperawatan atau tahap penentuan
apa yang akan dilakukan untuk membantu klien.Pada tahap ini menpunyai 4
komponen yaitu : menetapkan prioritas masalah, merumuskan tujuan, kriteria
hasil dan menentukan rencana tindakan, sehingga tujuan nyata dapat diukur dan
mempunyai batas waktu pencapaian serta dapat mengetahui rencana tindakan apa
yang akan dilakukan selanjutnya (Laode Jumadi Gaffar, 1997). Rencana tindakan
yang dilakukan pada klien hipertensi menurut (Doenges,Marilynn E, 2000) sesuai
diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokardia, hipertropi/rigiditas [kekakuan] ventrikular.
Perencanaan keperawatan
: :
Ditujukan untuk memepertahankan curah jantung yang normal dengan kriteria:
berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung,
mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan
irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal klien.
Intervensinya
adalah :
-
Pantau tekanan darah.Ukur pada kedua tangan untuk
evaluasi awal.
-
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan
perifer.
-
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
-
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian
kapiler.
-
Catat edema umum/tertentu.
-
Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi
aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
-
Pertahankan pembatasan
aktivitas, seperti istirahat ditempat tidur/kursi; bantu klien melakukan
aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
-
Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
-
Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan.
-
Pantau respons terhadap obat untuk mengontrol tekanan
darah.
-
Kolaborasi dengan tim medis.
-
Berikan obat-obat sesuai indikasi.
-
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai
indikasi.
-
Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.
b. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Perencanaan
keperawatan :
Ditujukan untuk klien dapat
berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan dengan kriteria :
merlaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapa diukur, menunjukkan
penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensinya adalah:
-
Kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi
nadi lebih dari 20 kali permenit diatas frekuensi istirahat
-
Instruksikan klien tentang teknik penghematan energi,
misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat
gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.
-
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan
diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
c.
Nyeri,[akut], sakit kepala b.d peningkatan tekanan vaskular serebral.
Perencanaan keperawatan :
Ditujukan adanya
nyeri, sakit kepala hilang dengan kriteria : melaporkan nyeri/ketidaknyamanan
hilang/terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensinya
adalah :
-
Pertahankan tirah baring selama fase akut.
-
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan
sakit kepala, misalnya, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,
redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan
aktivitas waktu senggang.
-
Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang
dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejan saat bab, batuk panjang,
membungkuk.
-
Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
-
Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang
teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan
untuk menghentikan perdarahan.
-
Kolaborasi dengan tim medis.
-
Berikan obat sesuai indikasi.
d.
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan
tubuh b.d masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup
monoton, keyakinan budaya.
Perencanaan keperawatan :
Ditujukan untuk
mempertahan berat badan yang diinginkan/ideal dengan kriteria :
mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan, menunjukkan
perubahan pola makan, melakukan/mempertahankan program olah raga yang tepat
secara individual
Intervensinya
adalah :
-
Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dan kegemukan.
-
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan
batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.
-
Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
-
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
-
Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik
dengan klien, misalnya penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
-
Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan
harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan.
-
Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat.
-
Kolaborasi dengan tim medis.
-
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
e. Koping
individu inefektif b.d. krisis situasional/maturasional, perubahan hidup
beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, sedikit atau
tak pernah olah raga, nutrisi buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja
berlebihan, persepsi tidak rewalistik, metode koping tidak efektif.
Perencanaan
keperawatan :
Ditujukan klien bisa menggunakan
koping yang efektif dengan kriteria : mengidentifikasi perilaku koping efektif
dan kosekuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping/ kekuatan pribadi,
mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk
menghindari/mengubahnya, mendemonstrasikan poenggunaan keterampilan/metode
koping efektif.
Intervensinya
adalah : .
-
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi
perilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
-
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan,
kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi/ menyelesaikan masalah.
-
Bantu klien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
-
Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri
dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
-
Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.
-
Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, ketimbang
membatalkan tujuan diri/keluarga.
f. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan b.d.
kurang pengetahuan/daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan
kognitif, menyangkal diagnosa.
Perencanan
keperawatan:
Ditujukan agar
klien mengerti dan paham tentang proses penyakit dan regimen pengobatan dengan
kriteria : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan,
mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan, mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
Intervensinya adalah :
-
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk
orang dekat.
-
Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal.
Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal
dan otak.
-
Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko
kardiovaskular yang dapat diubah, misalnya obesitas, diet tingi lemak jenuh,
dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alkohol (lebih dari 60
cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stres.
-
Atasi masalah dengan klien untuk mengidentifikasi cara
dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi
faktor-faktor diatas.
-
Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu klien dalam membuat rencana
untuk berhenti merokok.
-
Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen
pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut.
-
Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan tekanan
darah mandiri.
-
Bantu klien untuk mengembangkan jadwal yang sederhana,
memudahkan untuk minum obat.
-
Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan
rasional, dosis, efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan, dan
idiosinkrasi.
-
Sarankan untuk sering mengubah posisi, olah raga kaki
pada saat baring.
-
Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang
penguapan, dan penggunaan alkohol yang berlebihan.
-
Anjurkan klien untuk berkonsultasi dengan pemberi
perawatan sebelum menggunakan obat-obatan yang diresepkan atau tidak
diresepkan.
-
Instruksikan klien tentang peningkatan masukan makanan/
cairan tinggi kalium.
-
Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber masukan
natrium.
-
Dorong klien untuk menurunkan atau menghilangkan
kafein.
-
Anjurkan klien untuk memantau respons fisilogi sendiri
terhadap aktivitas.
No comments:
Post a Comment