Thursday, June 7, 2012

Askep Hipertensi 1


HIPERTENSI

A. Konsep dasar Hipertensi    

1.   Pengertian

-     Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan sistolik lebih dari 160     mmHg                dan tekanandiastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 1978)
-    Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg, dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg ( American Heart     Association & Patologi FKUI serta Medical Surgical Nursing, Donna D. Ignatavisius, et all 1991 : 2195 ).
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan tekanan sistolik
-          <140 mmHg, normal.
-          140-159 mmHg, Hipertensi Borderline.
-          >160 mmHg, Hipertensi Sistolik terisolasi.
b. Berdasarkan tekanan diastolik
      -     90-105 mmHg, Hipertensi  Ringan/Mild Hipertension.  
-          105-114 mmHg, Hipertensi Sedang/Moderate Hipertension.
-          >115 mmHg, Hipertensi Berat/Severe Hipertension.
3. Penyebab/Etiologi
Timbulnya hipertensi sering disertai dengan adanya fenomena-fenomena : penurunan kekenyalan dinding arteri, peningkatan resistensi perifer atau fenomena yang menyebabkan hipervolemia. Apabila penyebab khusus timbulnya gangguan tidak bisa ditemukan, dikelompokkan sebagai hipertensi primer sedangkan hipertensi yang disebabkan adanya gangguan organik dikelompokkan sebagai hipertensi sekunder. Faktor resiko dari hipertensi yaitu, Obesitas, Diabetus Mellitus, Perokok berat, Hiperkolesterolemi, Stress, Kegiatan jasamani dan Ras.
Secara umum penyebab dari hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial).
Dari kebanyakan hipertensi, kurang lebih 90% tidak diketahui penyebabnya (hipertensi primer). Disangka bahwa faktor-faktor : keturunan, hormonal, metabolik, emosional, kebiasaan dan lain-lain melalui syaraf vegetatif berpengaruh terhadap timbulnya ketegangan otot polos dalam dinding pembuluh darah. Oleh karena itu akan meningkatkan tahanan terhadap aliran darah dalam arteri akan menyebabkan tekanan darah sistemik, sehingga menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan gangguan fungsi ginjal ini akan meningkatkan tekanan darah lagi. Dengan meningkatnya tekanan darah akan menegangkan dinding pembuluh darah sehingga dindingnya semakin tebal dan rongganya semakin sempit. Meningkatnya tahanan aliran darah dan meningkatnya aliran darah adalah pengaruh timbal balik serta berpengaruh terhadap terjadinya arteriosclerosis.   
b. Hipertensi Sekunder.
Berikut ini akan diuraikan timbulnya hipertensi sekunder berdasarkan penyebabnya :
1). Koartasio Aorta.
Koartasio Aorta : adalah penyempitan lumen aorta yang diakibatkan adanya perlengketan antara arkus aorta dengan aorta desenden.
Dengan adanya penyempitan aorta tersebut maka aliran darah ke ginjal menurun, akibatnya ginjal mensekresi renin é hepar mensekresi angiotensin I é paru-paru me  ngeluarkan angiotensin II sehinga korteks adrenal mensekresi aldosteron. Dengan peninggian aldosteron dalam darah maka terjadi retensi natrium sehingga terjadi hipervolemi dan akhirnya menyebabkan hipertensi.
2). Pheochromocytoma
Pheochromocytoma merupakan tumor pada medulla adrenal. Dengan adanya pertumbuhan tumor tersebut akan merangsang sistim syaraf simpatis untuk mensekresi katekolamin maka aktifitas vaskuler juga meningkat é terjadi fase konstriksi é mengakibatkan hipertensi.
3). Aldosteronisme primer
Peningkatan aldosteron dapat terjadi pada sindroma conn’s, hiperplasia kelenjar adrenal, atau idiopatik hiperaldosteronisme. Dengan adanya peningkatan aldosteron mengakibatkan retensi natrium sehingga terjadi hipervolemia akhirnya menyebabkan hipertensi.
4). Hipertensi renal
Beberapa gangguan ginjal yang dapat ditemukan adanya hipertensi antara lain : GNA, GNC, Pyelonepritis, kista atau tumor ginjal. Dengan adanya gangguan ginjal tersebut dapat menimbulkan retensi cairan, peningkatan renin – angiotensin – aldosteron atau penumpukan vasopresin. Akhirnya kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.
5). Cushing Sindrome
Pada Cushing Sindrome terdapat produksi kortisol (glukokortikoid) yang berlebihan. Kondisi tersebut dapat terjadi pada cushing sindrome, carsinoma corteks  adrenal atau terapi kortikosteroid jangka panjang. Dengan adanya peningkatan glukokortikoid tersebut mengakibatkan terjadinya retensi natrium sehingga terjadi hipervolemia yang menyebabkan hipertensi.        
6). Stenosis Arteri Renalis
Stenosis arteri dapat terjadi pada arteriosclerosis atau fibromuskuler hiperplasi. Dengan adanya stenosis pada arteri ginjal akan mengakibatkan iskemia ginjal sehingga terjadi renovaskuler hipertenision. Akibat renovaskuler hipertension, renin akan meningkat é yang akhirnya menyebabkan hipertensi.
7). Toksemia Gravidarum.
Toksemia gravidarum biasanya timbul pada akhir kehamilan. Pada keadaan ini timbul /terjadi uteroplasenta hipoperfusi. Akibatnya terjadi degenerasi troboplastin dan disertai penigkatan renin uterin. Kemudian troboplastin dilepaskan yang mengakibatkan fibrin dan fibrinogen menumpuk didalam glomerolus, sehingga terjadi proteinuria dan penurunan filtrasi glomerolus. Keadan tersebut menyebabkan retensi natrium dan volume cairan yang akhirnya menyebabkan hipertensi.       

4.Patofisiologi

5. Penatalaksanaan Hipertensi.
    a. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum terapi anatara lain : 
1). Anamnese riwayat sosial dan keluarganya.
2). Pemeriksaan klinik, termasuk dalam pemeriksaan retina,nadi, auskultasi.
3). Elektro Kardiografi, foto thorak, IVP.
4). Glucose Tolerans Test, “Creatinin Clearance”
5). Test tekanan darah .
   b. Pengobatan Hipertensi
1). Menurunkan berat badan pada penderita gemuk.
2). Diet rendah garam dan rendah lemak.
3). Merubah kebiasaan jelek.
4). Olah raga secara teratur.
5). Kontrol tekanan darah secara teratur.
6). Obat-obatan anti hipertensi anatara lain :
- Diuretika               : HCT, Higroton, Lasix.
- Beta Bloker           : Propanolol (Inderal)
- Alfa Bloker           : Phentolamin, prozazine (minipres)
- Simphatolitik        : Catapres, reserpin.
- Vasodilator           : Hidralazine, Diazoxide, Nitruprusside, Captopril.
- Ca Antagonis        : Nifedipine (Adalat).

B. Asuhan Keperawatan

          Asuhan keperawatan adalah bantuan, bimbingan, penyuluhan, pengawasan, atau perlindungan yang diberikan oleh seorang perawat untuk kebutuhan klien.Asuhan keperawatan merupakan faktor penting dalam survival klien dan dalam aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan.(Doenges, cetakan 1 : 2000).Pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi dilaksanakan dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pendekatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan klien yang meliputi : kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi.

1. Pengkajian.
    Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data /informasi tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan.(Laode Jumadi Gaffar,S.Kp.1997).       
 .  Pengkajian dilakukan secara langsung maupun tidak langsung melalui : observasi keadaan umum klien, wawancara (tanya jawab) dengan klien dan keluarganya, pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung kaki, dengan teknik : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. .
Pengkajian klien hipertensi menurut (Doenges, 2000) adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas/Istirahat.
-          Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
-          Tanda :  Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi.
-          Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, perspirasi
-          Tanda  :  Kenaikan Tekanan Darah, Hipotensi postural, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialais, perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba. Denyut apikal : PMI kemungkinan bergeser dan atau sangat kuat.Frekuensi/irama : Takikardi, berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ;S3 (CHF dini); S4 (pengerasan ventrikel kiri/hipertrofy ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Denyutan vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau diatas epigastrium (stenosis arteri). DVJ [distensi vena jugularis] (kongesti vena). Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer); pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi). Kulit pucat, sianosis, dan diaforesis (kongesti, hipoksemia); kemerahan (feokromositoma).
c. Integritas ego.
-          Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah kronik (dapat mengidikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stres multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
-          Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu  perhatian, tangisan yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi.
-          Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (spt.,infeksi/obstruksi).
e. Makanan/Cairan.
-          Gejala : Makanan yang disukai, mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun).Riwayat penggunaan diuretik.
-          Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema; kongesti vena, DVJ; glikosuria (hampir 10% klien hipertensi adalah diabetik).
f. Neurosensori.
-          Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi pada saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
-          Tanda : Status mental: Perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan).Respon motorik: Penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refleks tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: Dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahab sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
g. Nyeri/Ketidaknyamanan.
-Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen /massa (feokromositoma).
h. Pernapasan.
-          Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok.
-          Tanda : Distres respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan. Bunyi napas tambahan (krakles/mengi). Sianosis.
i. Keamanan.
-          Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien. Hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan.
-          Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga: Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantrung, diabetus mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.Faktor-faktor resiko etnik. Penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/alkohol.


k. Pemeriksaan diagnostik.
-          Hemoglobin/hematokrit: Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
-          BUN/kreatinin: Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
-          Glukosa: Hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
-          Kalium serum: Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
-          Kolesterol dan trigeliserida serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
-          Pemeriksan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
-          Kadar aldosteron urin/serum: Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
-          Urinalisa: Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.
-          VMA urin (metabolit katekolamin): Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
-          Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
-          Steroid urin: Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi pituitari, sindrom cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
-          IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter.
-          Foto dada: Dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup; deposit pada dan/atau takik aorta; perbesaran jantung.
-          CT skan: Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati. atau feokromositoma.
-          EKG: Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung dan hipertensi.          
                                                     
2. Diagnosa Keperawatan.                  
       Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. (Carpenito, 1995). .        
       Diagnosa keperawatan pada hipertensi menurut Marilyn E. Doenges 2000 adalah  sebagai berikut :
  1. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler.
  2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan anatara suplai dan kebutuhan oksigen. .
  3. Gangguan rasa nyaman, nyeri (sakit kepala) b.d. peningkatan tekanan vaskular serebral.  .
  4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
  5. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olah raga, nutrisi buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode koping tidak efektif.  
  6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit dan rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif, mernyangkal diagnosa. .
      
3. Perencanaan.
          Perencanaan yaitu tahapan  dari proses keperawatan atau tahap penentuan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien.Pada tahap ini menpunyai 4 komponen yaitu : menetapkan prioritas masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil dan menentukan rencana tindakan, sehingga tujuan nyata dapat diukur dan mempunyai batas waktu pencapaian serta dapat mengetahui rencana tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya (Laode Jumadi Gaffar, 1997). Rencana tindakan yang dilakukan pada klien hipertensi menurut (Doenges,Marilynn E, 2000) sesuai diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokardia, hipertropi/rigiditas [kekakuan] ventrikular.
Perencanaan keperawatan :                         :                                                                                    Ditujukan untuk memepertahankan curah jantung yang normal dengan kriteria: berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal klien.
Intervensinya adalah :
-          Pantau tekanan darah.Ukur pada kedua tangan untuk evaluasi awal.
-          Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
-          Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
-          Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
-          Catat edema umum/tertentu.
-          Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
-          Pertahankan pembatasan  aktivitas, seperti istirahat ditempat tidur/kursi; bantu klien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
-          Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman,  seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
-          Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
-          Pantau respons terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
-          Kolaborasi dengan tim medis.
-          Berikan obat-obat sesuai indikasi.
-          Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
-          Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.
b. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Perencanaan keperawatan :
Ditujukan untuk klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan dengan kriteria : merlaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapa diukur, menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensinya adalah:
-          Kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali permenit diatas frekuensi istirahat
-          Instruksikan klien tentang teknik penghematan energi, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.
-          Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
c. Nyeri,[akut], sakit kepala b.d peningkatan tekanan vaskular serebral.
Perencanaan keperawatan :
Ditujukan adanya nyeri, sakit kepala hilang dengan kriteria : melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensinya adalah :
-          Pertahankan tirah baring selama fase akut.
-          Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.
-          Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejan saat bab, batuk panjang, membungkuk.
-          Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
-          Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.
-          Kolaborasi dengan tim medis.
-          Berikan obat sesuai indikasi.
d. Perubahan  nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
Perencanaan keperawatan :
Ditujukan untuk mempertahan berat badan yang diinginkan/ideal dengan kriteria : mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan, menunjukkan perubahan pola makan, melakukan/mempertahankan program olah raga yang tepat secara individual
Intervensinya adalah :
-          Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.
-          Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.
-          Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
-          Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
-          Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan klien, misalnya penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
-          Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan.
-          Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat.
-          Kolaborasi dengan tim medis.
-          Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
e. Koping individu inefektif b.d. krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olah raga, nutrisi buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak rewalistik, metode koping tidak efektif.
Perencanaan keperawatan :
Ditujukan klien bisa menggunakan koping yang efektif dengan kriteria : mengidentifikasi perilaku koping efektif dan kosekuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping/ kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari/mengubahnya, mendemonstrasikan poenggunaan keterampilan/metode koping efektif.
Intervensinya adalah : . 
-          Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
-          Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk mengatasi/ menyelesaikan masalah.
-          Bantu klien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
-          Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
-          Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.
-          Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga.
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan b.d. kurang pengetahuan/daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
Perencanan keperawatan:
Ditujukan agar klien mengerti dan paham tentang proses penyakit dan regimen pengobatan dengan kriteria : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan, mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan, mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
Intervensinya adalah :
-          Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang dekat.
-          Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
-          Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular yang dapat diubah, misalnya obesitas, diet tingi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alkohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stres.
-          Atasi masalah dengan klien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor diatas.
-          Bahas pentingnya menghentikan  merokok dan bantu klien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.
-          Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut.
-          Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan tekanan darah mandiri.
-          Bantu klien untuk mengembangkan jadwal yang sederhana, memudahkan untuk minum obat.
-          Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional, dosis, efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan, dan idiosinkrasi.
-          Sarankan untuk sering mengubah posisi, olah raga kaki pada saat baring.
-          Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan, dan penggunaan alkohol yang berlebihan.
-          Anjurkan klien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum menggunakan obat-obatan yang diresepkan atau tidak diresepkan.
-          Instruksikan klien tentang peningkatan masukan makanan/ cairan tinggi kalium.
-          Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber masukan natrium.
-          Dorong klien untuk menurunkan atau menghilangkan kafein.
-          Anjurkan klien untuk memantau respons fisilogi sendiri terhadap aktivitas.

No comments:

Post a Comment