HIPERTENSI
A. Konsep Dasar Teori
1.
Pengertian
Sampai saat
ini masih belum ada defenisi yang tepat mengenai hipertensi karena tidak ada
batas yang tegas yang membedakan antara hipertensi dan normotensi. Secara
teoritis hipertensi didefenisikan sebagai suatu tingkat tekanan darah tertentu.
Definisi hipertensi menurut Mansjoer. A. adalah
tekanan darah sistolik ³ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ³ 90
mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan
sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi
sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat
diperbaiki.
Klasifikasi menurut WHO/ISH
Klasifikasi
|
Sistolik (mmHg)
|
Diastolik (mmHg)
|
Normotensi
Hipertensi
ringan
Hipertensi
perbatasan
Hipertensi
sedang dan berat
Hipertensi
sistolik terisolasi
Hipertensi
sistolik perbatasan
|
<
140
140-180
140-160
>
180
>
140
140-160
|
<
90
90-105
90-95
>
105
<
90
<
90
|
- Etiologi
Berdasarkan
etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin - angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca interselular, dan faktor – faktor yang meningkatkan
risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
b.
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat
sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan
sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain–lain. (Mansjoer,A,1999).
- Patofisiologi
Tekanan darah = Curah Jantung x
Tahanan perifer
Perub.nutrisi berlebih Koping individu Kurang pengetahuan
Obesitas Stress Na,makanan berlemak Rokok,alkohol
Insulin ,
plak pemb. Katekolamin Hormon Natriuretik v.konstriksi rebound
Darah, tahanan peri- Aktivitas saraf Hipervolemia, tembakau sbg
Fer berkurang simpatis Penyempitan pem. vasokonstriktor
darah
Penurunan Tekanan Arteri
Renin
(ginjal)
Substrat
Renin Angiotensin
I
(Protein
Plasma) “Converting
enzim”
(Paru)
A III Angiotensin
II
Aldosteron Vasokontriksi arteri perifer
Nyeri/sakit
kepala
Retensi Na & H2O
Volume plasma
Tekanan Darah
|
|
- Tanda dan
Gejala
Peninggian
tekanan darah kadang – kadang merupakan satu – satunya gejala. Bila demikian,
gejala baru akan muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak,
atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdenging, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang – kunang dan pusing.
5.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum
memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ atau faktor resiko
lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah
lengkap, kimia darah (kalium, Natrium, gula darah puasa, kolesterol total,
kolesterol HDL) dan EKG
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti
klirens kreatinin, protein, urine 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH dan Echokardiografi.
- Penatalaksanaan
a.
Tujuan Pengobatan Hipertensi
1)
Menurunkan tekanan darah sampai normal atau mendekati
normal, tanpa menggangu aktivitas sehari-hari. Dengan demikian dapat komplikasi
dan menurunkan morbiditas dan mortalitas.
2)
Prevansi terhadap peninggian tekanan darah dan “heat
rate” secara akut selama “exercise” dan stress.
b.
Obat-obat Anti Hipertensi
1)
Diuretik
a)
Kemanjuran maksimal rendah.
Indapamid (Lozol), Ftalimidin, Tiazid.
b)
Kemanjuran maksimal tinggi
Bumetanid (Bumex), Asam Etakrinat (Edeerin), Furosemid (Lasix).
c)
Hemat Kalium.
Amilorid (Midomir), Spironolakton (Aldaetone), Trianteren (Dyrenium).
2)
Obat Simpatolitik
a)
Bekerja pada SPP
Klonidin (Catapres), Guanabenz (Wytensin), Metildopa (Aldomet).
b)
Bekerja pada gonglion otonom
Trimetafan (Arfonad).
c)
Bekerja pada neuron simpatis pasca ganglion
Guanadrel (Hylorel), Guanetidin (Isenelin), Penghambat monoamin oksidase,
Reserpin.
d)
Penghambat reseptor
(1)
Adrenoreseptor Alfa Bloker
Fenoksibenzamin (Dibenzyline), Fentolamin (Reqitinin), Prazosin
(Minipres).
(2)
Adrenoreseptor Beta Bloker
Atenol (Tenormin), Labetol (Normodyne, Trandate), Metoprolol (Lopressor),
Nadolol (Corgard), Pindolol (Visken), Propanolol (Inderal), Timolol
(Blocadren).
(3)
Vasodilator
Diazoksid (Hyperstat), Diltiazem (Cardizem), Hydralazin (Apresoline),
Minoksidil (Lomitmen), Nifedipin (Adelat, Procardia), Verapamil (Calan,
Isoptin).
(4)
Penghambat sistem renin angiostenin
Captopril (Capoten), Enalapril (Vasotec), Saralisin
(Sarenin).
c.
Diit Hipertensi/Diit Rendah Garam
Hipertensi dapat dikendalikan dengan Diit rendah
Garam. Diit Rendah Garam merupakan diit dengan pembatasan konsumsi garam untuk
membantu menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan
Tekanan Darah pada Hipertensi.
1)
Syarat-syarat Diit Rendah Garam
a)
Cukup kalori, mineral dan vitamin
b)
Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit
c)
Jumlah natrium yang diperoleh disesuaikan dengan berat
tidaknya retensi garam/air dan/atau Hipertensi.
2)
Macam Diit Rendah Garam
Jika ditinjau dari jumlah natrium yang perlu
dikonsumsi, Diit Rendah Garam dibagi menjadi 3 yaitu :
a)
Diit Rendah Garam I (DRG I) mengandung natrium 200-400
mg.
b)
Diit Rendah Garam II (DRG II) mengandung natrium
600-800 mg.
c)
Diit Rendah Garam III (DRG III) mengandung natrium
1000-1200 mg.
Ad. a) DRG I
Dalam pemasakan tidak ditambahkan garam dapur. Bahan
makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan diberikan kepada penderita dengan
Oedema, Acites dan/atau Hipertensi Berat.
Ad. b) DRG II
Pemberian makanan sama dengan DRG I. dalam pemasakan
makanan diperbolehkan menggunakan ¼ sendok teh garam dapur (1 gr). Bahan
makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini diberikan kepada penderita
dengan Oedema, Ascites dan/atau Hipertensi sedang
Ad. c) DRG III
Pemberian makanan sama dengan DRG I. Dalam pemasakan
boleh diberi garam dapur ½ sendok teh (2 gr). Makanan ini diberikan kepada
penderita dengan edema, dan/atau Hipertensi Ringan.
- Komplikasi
Penyakit
hipertensi bila tidak dikontrol secara teratur akan berlanjut kearah penyakit
yang mematikan seperti :
a.
Penyakit jantung
b.
Cedera serebrovaskular pada otak
c.
Gagal ginjal
d.
Kerusakan optik retina
B. Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan.
Pengkajian adalah langkah awal dalam salah satu proses keperawatan (Gaffar,
1999) Kegiatan yang dilaksanakan dalam pengkajian adalah pengumpulan data dan
merumuskan prioritas masalah. Pada pengkajian – pengumpulan data yang cermat
tentang klien, keluarga, didapatkan data melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan.
Tujuan dari pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data,
mengelompokkan data dan menganalisa data. Sehingga disimpulkan menjadi diagnosa
keperawatan (Gaffar, 1999).
Dasar
data pengkajian klien menurut Doenges (2000) :
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala :
kelemahan, letih, nafas pendek, gaya
hidup monoton.
Tanda :
frekuensi jantung meningkat, perubahan
irama jantung.
b.
Sirkulasi
Gejala :
riwayat hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung koroner/katup dan panyakit serebrovaskular. Episode palpitasi,
perspirasi.
Tanda : kenaikan tekanan darah, hipotensi postural, takikardi, pengisian kapiler lambat, pucat, sianosis, diaforesis, dan kemerahan (feokromositoma).
c.
Integritas Ego
Gejala : ansietas, marah.
Tanda :
gerak tangan empati, peningkatan pola
bicara.
d.
Eliminasi
Gejala :
gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
e.
Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang
disukai, yang mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol,
mual, muntah, perubahan berat badan (meningkat/menurun).
f.
Neurosensori
Gejala :
keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit
kepala suboksipital.
episode
kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi, gangguan penglihatan.
Tanda : status
mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir,
atau memori (ingatan).
g.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina,
sakit kepala oksipital berat seperti pernah terjadi sebelumnya.
h.
Pernafasan
Gejala : dispnea,
takipnea, riwayat merokok, batuk dengan/tanpa sputum.
Tanda : distress respirasi,
bunyi nafas tambahan, sianosis.
i.
Keamanan
Gejala
: gangguan koordinasi/cara berjalan,
hipotensi postural.
- Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan dibagi sesuai dengan masalah kesehatan klien yaitu :
a.
Aktual, diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah
nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
b.
Potensial, diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa
masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi
keperawatan. Saat ini masalah belum ada tapi etiologi sudah ada.
c.
Kemungkinan, diagnosa keperawatan yang mejelaskan bahwa
perlu data tambahan untuk memastikan tambahan masalah. Pada keadaan ini masalah
dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang menimbulkan masalah.
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan
hipertensi, menurut Doenges (2000), yaitu :
a.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokonstriksi dan Iskemia miokardia.
b.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c.
Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan Peningkatan
tekanan vaskular serebral.
d.
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan yang berlebihan, pola hidup monoton, keyakinan
budaya.
e.
Koping individu inefektif berhubungan dengan Krisis
situasional/maturasional, sistem pendukung tidak adekuat, metode koping tidak
efektif.
f.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan
berhubungan dengan Kurang pengetahuan/daya ingat, mis interpretasi informasi,
keterbatasan kognitif.
- Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka disusunlah perencanaan
keperawatan. Perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan, yang
dimulai setelah data-data terkumpul sudah dianalisa. Pada bagian ini ditentukan
sasaran yang akan tercapai dan rencana tindakan keperawatan dikembangkan.
Tahapan
dari perencanaan ini terdiri dari :
a.
Menetapkan prioritas masalah berdasarkan pola kebutuhan
dasar manusia menurut hirarki Maslow
b.
Merumuskan tujuan keperawatan yang dicapai
c.
Menetapkan kriteria evaluasi
d.
Merumuskan intervensi keperawatan dan aktifitas
keperawatan
Tujuan yang ditetapkan harus nyata,
dapat diukur dan mempunyai batasan waktu pencapaian.
Yang dimaksud dengan tujuan jangka pendek adalah tujuan yang biasanya
harus dicapai sebelum pemulangan atau perpindahan pasien ke tingkat perawatan
yang kurang akut dan tujuan ini biasanya mengarah kepada penyebab masalah
pasien. Sedangkan tujuan jangka panjang mengidentifikasi arah keseluruhan atau
hasil akhir perawatan dan mungkin sangat baik mengarah pada masalah pasien (Donges,
Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, 1998).
Perencanaan dengan berpedoman pada SMART yaitu : Spesifik (khusus
dilakukan pada pasien den keluarga lainnya), Measurable (dapat diukur),
Achievable (dapat dicapai), Reasonable (nyata) dan Time ( menggunakan batas
waktu dalam pencapaiannya)..
1.
Diagnosa keperawatan
I
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
Peningkatan afterload, vasokonstriksi dan Iskemia miokardia,
hipertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikular.
Hasil yang
diharapkan/kriteria hasil :
a.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan
darah/beban kerja jantung
b.
Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu
yang dapat diterima
c.
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam
rentang normal pasien.
Intervensi
:
1)
Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal.
Gunakan ukuran manset yang tepat dan tehnik yang akurat
Rasional :
Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular.
2)
Catat keberadaan, kualitas denyutan, sentral dan
perifer
Rasional : Denyutan
karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi.
3)
Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Rasional : S4
umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi
atrium(peningkatan volume/tekanan atrium).
4)
Amati warna kulit, kelemahan suhu, dan masa pengisian
kapiler
Rasional : Adanya
pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan
dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
5)
Catat odema umum/tertentu.
Rasional : Dapat
mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.
6)
Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi
aktivitas/keributan lingkungan, batasi jumlah pengunjung.
Rasional : Membantu
untuk menurunkan rangsangan simpatis; meningkatkan relaksasi.
7)
Pertahankan pembatasan aktivitas
Rasional : menurunkan
strees dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan prjalanan penyakit hipertensi.
8)
Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pijatan
punggung, leher, meninggikan kepala tempat tidur.
Rasional : mengurangi
ketidaknyamanan dan dapatkan menurunkan rangsangan simpatis.
9)
Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan.
Rasional : Dapat
meurunkan rangsangan yang menimbulkan stres, membuat efek tenang, sehingga akan
menurunkan tekanan darah.
2.
Diagnosa
Keperawatan :II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
a.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
b.
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur.
c.
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
aktivitas.
Intervensi :
1)
Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan
frekuensi nadi lebih dari 20x/menit diatas frekuensi istirahat. Peningkatan
tekanan darah yang nyata selama/sesudah aktivitas.
Selidiki adanya dispnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang
berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan.
Rasional : Menyebutkan
parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologis terhadap stres aktivitas
dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktivitas
2)
Ajarkan teknik penghematan energi.
Rasional : Tehnik
penghematan energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3)
Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri
secara bertahap yang dapat ditoleransi.
Rasional : Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba – tiba. Memberikan
bantuan hanya sebatas kebutuhan dan mendorong kemandirian dalam melakukan
aktivitas.
3.
Diagnosa III
Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskular
serebral.
Hasil
yang diharapkan/kriteria hasil :
a)
Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
b)
Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
c)
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
1)
Pertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan
stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2)
Berikan tindakan non farmakologis untuk menghilangkan
nyeri kepala
Rasional : Tindakan
yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/memblok respons
simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3)
Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala.
Rasional : Aktivitas
yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala, pasien juga dapat
mengalami episode hipotensi postural.
4)
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional : Pusing
dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan episode hipotensi postural.
5)
Berikan makanan lunak, cairan dan perawatan mulut
Rasional : Meningkatkan kenyamanan umum.
6)
Bila terjadi perdarahan hidung kompres hidung
Rasional : Kompres
hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut,
menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membran mukosa.
7)
Kolaborasi obat-obatan sesuai indikasi : analgesik,
antiansietas.
Rasional : Menurunkankan/mengontrol
nyeri, mengurangi ketegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat stres.
4.
Diagnosa IV
Perubahan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang berlebihan,
pola hidup monoton, keyakinan budaya.
Hasil yang diharapkan/kriteria
hasil :
a)
Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan
kegemukan
b)
Menunjukkan perubahan pola makan
c)
Melakukan/mempertahankan program olahraga
Intervensi :
1)
Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dan kegemukan.
Rasional : Kegemukan
adalah resiko tambahan pada hipertensikarena disproporsi antara kapasitas aorta
dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.
2)
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori, lemak
dan garam.
Rasional : Kesalahan
kebiasaan makan menunjang terjadinya arterosklerosis dan kegemukan yang
merupakan predisposisi dari hipertensi dan komplikasinya, misal : stroke
penyakit ginjal, gagal jantung.
3)
Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.
Rasional : Motivasi
untuk menurunkan berat badan adalah internal.
4)
Kaji ulang masukan kalori harian dari pilihan diet.
Rasional : Mengidentifikasi
kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.
5)
Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistis.
Rasional : Penurunan
masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan berat badan 0,5 kg/minggu.
6)
Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan
harian.
Rasional : Memberikan
data dasar tentang keadekuatan nutrisi
yang dimakan, dan kondisi emosi saat makan.
7)
Ajarkan untuk memilih makanan yang tepat
Rasional : Menghindari
makanan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah
perkembangan aterogenesis..
8)
Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : Memberikan
konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diit individu.
5.
Diagnosa V
Koping individu inefektif berhubungan dengan Krisis
situasional/maturasional, sistem pendukung tidak adekuat, metode koping tidak
efektif.
Hasil yang diharapkan/kriteria
hasil :
a)
Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.
b)
Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.
c)
Mengidentifikasi situasi stress dan mengambil langkah
untuk menghindari.
d)
Mendemonstrasikan keterampilan metode koping efektif.
Intervensi :
1)
Kaji keefektifan strategi koping.
Rasional : Mekanisme
adaftif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang , menghindari hipertensi
kronis, mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari –
hari.
2)
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan,
konsentrasi, peka rangsangan, toleransi sakit kepala.
Rasional : Manifestasi
mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indikator, marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu tekanan darah diastolik.
3)
Bantu pasien mengidentifikasi stressor.
Rasional : Pengenalan
terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang
terhadap stressor.
4)
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan.
Rasinal : Keterlibatan memberikan
pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki
keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen
terapiutik.
5)
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan
hidup.
Rasional : Fokus
realitas pasien pada situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang
apa yang diinginkan.
6)
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan hidup.
Rasional : Perubahan
yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak
menentu dan tidak berdaya.
6.
Diagnosa VI
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan
dengan Kurang pengetahuan/daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan
kognitif.
Hasil yang diharapkan/kriteria
hasil :
a)
Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
b)
Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu diperhatikan.
c)
Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
Intervensi :
1)
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
Rasional : Kesalahan
konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama
dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit,
kemajuan, dan prognosis.
2)
Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal
Rasional : Memberikan
dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasikan
istilah medis yang sering digunakan.
3)
Hindari mengatakan “tekanan darah normal” gunakan
istilah “terkontrol dengan baik”.
Rasional : Karena
pengobatan hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka ide penyampaian ide
“terkontrol” akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan
pengobatan/medikasi.
4)
Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor resiko
kardiovaskuler yang dapat dirubah, misalnya : obesitas, rokok dan alkohol, pola
hidup penuh stress.
Rasional : Faktor
– faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler dan ginjal.
5)
Identifikasi perubahan gaya hidup yang tepat untuk
mengurangi faktor-faktor diatas.
Rasional : Fakto
– faktor risiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala.
6)
Bahas pentingnya menghentikan merokok
Rasional : Nikotin
meningkatkan pelepasan katekolamin, mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, tekanan
darah,dan vasokontriksi, mengurangi oksigenisasi jaringan, dan meningkatkan
keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas ini.
7)
Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen
pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut..
Rasional : Kurangnya
kerja sama adalah alasan umum kegagalan terapi antihipertensif
8)
Intruksikan dan peragakan tehnik pemantauan tekanan
darah mandiri.
Rasional : Dengan mengajarkan klien atau orang terdekat untuk memantau
tekanan darah adalah meyakinkan untuk klien.
9)
Bantu pasien untuk menegmbangkan jadwal yang sederhana,
memudahkan untuk minum obat.
Rasional : Dengan
mengindividualisasikan jadwal pengobatan sehingga sesuai dengan kebiasaan/kebutuhan
pribadi klien.
10)
Beri penjelasan obat (dosis dan efek samping).
Rasional : Informasikan
yang adekuat dan pemahaman bahwa efek samping adalah umum dan sering menghilang
dengan berjalannya waktu.
11)
Motovasi untuk membuat program olahraga sendiri.
Rasional : Selain
membantu menuryunkan tekanan darah, aktivitas aerobik merupakan alat menguatkan
sistem kardiovaskular.
12)
Bila terjadi perdarahan hidung lakukan kompres es pada
punggung leher dan tekan pada 1/3 ujung hidung dan anjurkan pasien untuk
menundukkan kepala ke depan.
Rasional : Kapiler
nasal dapat ruptur sebagai akibat dari tekanan vaskular berlebihan.
- Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah
penerapan tindakan-tindakan perawatan yang telah direncanakan. Pada tahap
pelaksanaan yang dilakukan adalah melakukan tindakan-tindakan keperawatan yang
telah direncanakan dan dilanjutkan dengan pendokumentasian semua tindakan yang
telah dilakukan beserta hasil-hasilnya.
Beberapa
petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a.
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi.
b.
Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal,
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat.
c.
Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
d.
Dokumentasi intervensi dan respons klien.
Setelah pelaksanaan selesai, dilakukan dokumentasi intervensi
secara tertulis pada catatan keperawatan dan proses keperawatan.
Pada klien Hipertensi beberapa prinsip pelaksanaan yang dapat
dilakukan adalah :
a.
Latihan gerak badan/olahraga teratur khususnya pada
penderita yang gemuk.
b.
Hindari mengkonsumsi makan makanan yang banyak
mengandung garam dan lemak yang tinggi.
c.
Hindari perilaku hidup tidak sehat seperti merokok,
minum alkohol, dan stres yang berlebihan.
d.
Selalu melakukan kontrol terhadap kesehatannya ke pusat
pelayanan kesehatan.
- Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir proses
keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Tahap evaluasi merupakan indikator
keberhasilan dalam penggunaan proses keperawatan.
Evaluasi
terdiri dari dua bagian yaitu :
a.
Tinjauan laporan klien harus mencakup riwayat
perawatan, kartu catatan, hasil-hasil tes dan semua laporan observasi.
b.
Pengkajian kembali terhadap klien berdasarkan pada
tujuan kriteria yang diukur dan mencakup reaksi klien terhadap lingkungan yang
dilakukan. Reaksi klien secara fisiologis dapat diukur dengan kriteria seperti
mengukur tekanan darah, suhu dan lain – lain..
Evaluasi
yang dapat dilihat pada klien dengan Hipertensi :
a.
Klien menunjukan kepatuhan terhadap anjuran-anjuran
yang diberikan.
b.
Klien dapat melakukan kontrol rutin ke tempat pusat
pelayanan kesehatan.
c.
Menunjukan perubahan dalam pola hidup kearah yang
sehat.
No comments:
Post a Comment